Bupati Kulonprogo Ungkap Hanya Gula Merah yang Sulit Dikuasai Kartel
Ketergantungan Indonesia akan bahan pangan impor yang diduga diakibatkan oleh permainan kartel membuat Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo prihatin
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketergantungan Indonesia akan bahan pangan impor yang diduga diakibatkan oleh permainan kartel membuat Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo prihatin.
Pasalnya hal itu membuat Indonesia tak bisa bersaing di kancah internasional soal produksi bahan pangan.
Hasto menyebut Indonesia masih memiliki satu bahan pangan yang sulit dikuasai kartel yang bisa menjadi komoditi ekspor andalan.
Baca: Kisah Penyandang Tunanetra yang Hobi Bermain Catur
"Bahan pangan yang tidak bisa dikuasai kartel hanya gula merah. Kalau boleh saya beri tahu saingan Indonesia soal gula merah hanya Filipina, produknya hanya 10 persen dari seluruh gula merah yang beredar di seluruh Indonesia."
"Kalau mau menusuk pasar Asia harapannya ada di gula merah. Singapura tidak bakal bisa menyaingi karena di sana tidak ada orang yang berprofesi manjat kelapa," ujarnya diikuti tawa peserta Kursus Politik di DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (13/8/2017).
Gula merah juga merupakan produk pangan andalan Kabupaten Kulonprogo yang berada di sebelah barat Kota Yogyakarta tersebut dengan sebutan lokal gula semut.
Baca: Jual ABG Bertarif Rp 400 Ribu, Polisi Tangkap Wanita Paruh Baya
Hasto percaya gula merah memiliki bargaining product yang bagus karena sertifikasinya kini dilakukan oleh pihak-pihak di Eropa.
"Jadi sejak pencanangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) petani Kulonprogo bahkan sudah diminta orang Jerman dan lain sebagainya untuk melakukan sertifikasi. Hanya pada gula merah Indonesia berharap memiliki produk andalan di internasional, komoditi seperti bawang merah dan bawang putih tak akan bisa karena ada kartelnya," ungkapnya.