Hukuman Isolasi Abu Bakar Ba'asyir Dinilai Sudah Tak Manusiawi
Putra Abu Bakar Ba'asyir, Abdul Rochim Ba'asyir merasa hukuman isolasi yang dijalani ayahnya sudah tidak manusiawi.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putra Abu Bakar Ba'asyir, Abdul Rochim Ba'asyir merasa hukuman isolasi yang dijalani ayahnya sudah tidak manusiawi.
Saat ini Ba'asyir, terpidana kasus terorisme berusia 80 tahun, diisolasi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.
"Kami melihat keberadaan beliau di penjara ini sudah tidak layak, tidak manusiawi," ucap Abdul di Jakarta, Sabtu (12/8/2017).
"Semanusiawi-manusiawinya penjara, kalau orang umur segitu dalam kondisi isolasi seperti itu, tidak boleh bertemu dengan siapapun, tetap tidak manusiawi," katanya lagi.
Sejak dua tahun lalu diisolasi, Abdul mengatakan, kunjungan keluarga menjadi tidak maksimal.
Keluarga hanya bisa bertemu dari balik kaca, dan berbicara melalui intercom, yang dia yakin juga direkam.
"Kalau salaman ya hanya begini," katanya sambil memeragakan tangannya menempel ke kaca.
Jam kunjungan keluarga dibatasi, tidak boleh berbarengan dengan kunjungan tim medis ataupun pengacara Ba'asyir.
Sebab, hanya kuasa hukum dan tim medis yang diperbolehkan bertemu secara fisik dengan Ba'asyir.
"Kami keluarga malah enggak boleh masuk. Enggak boleh ketemu. Kalau mereka malah boleh ketemu," kata Abdul.
Ketika keluarga membawakan makanan kepada Ba'asyir, petugas jaga pun selalu memeriksa dengan sangat detil.
"Katanya takut ada narkoba. Kami enggak pakai narkoba. Kami tahu itu haram," kata dia.
Di Lapas Gunung Sindur, kata Abdul, Ba'asyir ditemani satu orang narapidana yang bertugas membantu aktivitas sehari-hari ayahnya, seperti mencuci pakaian atau menghangatkan makanan.
Dalam hal ini diakui lebih baik ketimbang pertama-tama diisolasi di Nusa Kambangan.