Tentang Anti NKRI, Cak Imin: Negara Maju Justru Karena Kebhinekaan
Sejak belum merdeka Indonesia sudah menjadi kawasan yang sangat plural, yang memang berbhineka tunggal ika
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Ketua Umum DPP PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), Muhaimin Iskandar mengatakan, fanatisme keagamaan dan gerakan transnasional menjadi ancaman pilar kebangsaan yang pada akhirnya mengganggu. Menurutnya, majunya negara Indonesia justru karena prinsip kebhinekaan.
"Sejak belum merdeka Indonesia sudah menjadi kawasan yang sangat plural, yang memang berbhineka tunggal ika," ujarnya pada Seminar Nasional Merajut Kebhinekaan dalam Bingkai Politik Kebangsaan di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, Bogor, Sabtu (26/8/2017).
Muhaimin atau yang akrab disapa Cak Imin ini mengatakan, tantangan mempertahankan kebhinekaan tidak berhenti sejak masa orde baru. Yang mana Indonesia secara nyata adalah negeri yang lahir dan besar di dalam prinsip kebhinekaan.
Ditandai dengan banyaknya suku, ragam bahasa, pulau, hingga ragam warna kulit. Sehingga menurutnya, Pancasila dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah pilihan terbaik untuk negara, dan bukan justru dipertentangkan.
"Akhir-akhir ini ketidak percayaan terhadap NKRI muncul. Maka tidak ada pilihan bagi kita untuk terus melakukan sosialisasi sekaligus pendidikan karakter, agar keberhasilan kebangsaan kita bisa terjaga pada semua level," ujarnya.
Ia mengatakan, fenomena terakhir sejak Pilkada DKI Jakarta adalah kampanye ketidaksukaan terhadap sistem nasional dan NKRI terutama lewat media sosial. Hal tersebut disebabkan adanya gejala transnasional yang melibatkan kampanye aksi dari berbagai negara.
"Ke dua, daya tahan ideologis NKRI kita sdang diuji. Oleh karena itu kita bangun solidaritas melalui level sosialisai, pengajaran pendidikan, dan negara bangsa ini harus dijaga melalui sistem pemerintahan yang solid. Tidak boleh ada sistem yang anti NKRI," tegasnya.
Untuk diketahui, kegiatan seminar nasional yang digelar tersebut melibatkan lebih dari 500 mahasiswa baru Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), Rektor UNUSIA, Maksum Machfoedz mengatakan, kegiatan tersebut dalam rangka sosialisasi kebangsaan serta menanamkan rasa nasionalisme mahasiswa sejak dini.
"Sedari dini kita ajak mereka merasakan, membangun rasa nasionalitas. NU sendiri sebagai agama yang paling toleran. Bicara toleransi tidak ada yang lebih indah dari NU. Itulah sebabnya kaderisasi tentang Pancasila dan kebangsaan di hari pertama mereka menjadi mahasiswa sudah kita tanamkan," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.