Hebat, Sepuluh Lapas Ini Ekspor Karya Napi Ke Eropa
Sepuluh lapas dan rutan di Indonesia menjadi penyumbang barang ekspor ke berbagai negara.
Editor: Content Writer
Jakarta – Sepuluh lapas dan rutan di Indonesia menjadi penyumbang barang ekspor ke berbagai negara.
Kesepuluh lapas itu adalah Lapas Kelas I Surabaya di Porong, Lapas Kelas I Cirebon, Lapas Narkotika Kelas IIA Cirebon, Lapas Kelas IIA Banceuy Bandung, Lapas Kelasl IIA Ambarawa, Lapas Kelas IIA Pontianak, Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang, Lapas Kelas IIB Banyuwangi, Lapas Kelas IIB Toli-Toli, dan Rutan Kelas I Cipinang.
“Sepuluh lapas dan rutan ini berhasil melakukan pembinaan terhadap narapidana karena hasil karya para narapidana tersebut diekspor ke berbagai negara,” terang Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi pada Diretorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS), Harun Sulianto, Selasa (22/8).
Lapas Kelas I Surabaya di Porong mengekspor meubel ke Eropa, Lapas Kelas IIB Banyuwangi mengekspor kerajinan kayu ke Jepang dan Korea Selatan. Lapas Kelas I Cirebon, Lapas Narkotika Kelas IIA Cirebon, dan Lapas Kelas IIA Banceuy Bandung mengekspor kerajinan rotan sintesis ke Perancis, Jerman, Belanda, Italia, dan Timur Tengah.
Selanjutnya, Lapas Kelas I Cirebon mengekspor bola kaki ke Brazil. Lapas Kelas IIA Ambarawa mengekspor sarung softball ke Eropa.
Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang mengekspor tas, batik, dan payet ke Jerman. Lapas Kelas IIA Pontianak hasil ekspornya berupa tikar kayu ke Malaysia. Lapas Kelas IIB Toli Toli mengekspor meja catur ke Amerika, Saudi Arabia dan Inggris. Terakhir, Rutan Kelas I Cipinang mengekspor tas kulit ke Dubai dan Jepang.
“Sebagian besar karya yang diekspor tersebut berkat kerja sama yang baik dengan pihak ketiga yang bermitra. Mereka melatih narapidana secara bertahap dan berkesinambungan. Jika hasil karyanya sudah layak jual, maka narapidana mendapat premi dari pihak ketiga tersebut,” tambah Harun.
Untuk itu, Ditjen PAS terus meningkatkan jumlah narapidana yang bekerja di sektor produktif. Saat ini tercatat sebanyak 550 narapidana yang sudah ahli mengerjakan produk ekspor di 10 lapas tersebut.
Untuk mengenalkan hasil karya narapidana, pihak lapas selalu mengikuti pameran dan saat ini sudah bekerja sama dengan beberapa pihak sehingga tersedia ruang pamer hasil karya narapidana di Galeri Sarinah Mall lantai 5, Gedung Smesco Jakarta, dan Terminal 3 Ultimate keberangkatan domestik Bandara Internasional Soekarno Hatta yang difasilitasi oleh PT Angkasa Pura.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Ma’mun, mengatakan pembinaan narapidana merupakan bekal agar mereka dapat berintegrasi ke masyarakat, menjadi manusia pembangunan yang aktif dan produktif, serta kembali menjadi warga yang bertanggung jawab.
“Dengan bekerja, narapidana termotivasi hidupnya, dapat mengaktualisasikan diri, makin kreatif dan inovatif, serta menimbulkan kebanggaan diri karena adanya pengakuan sosial terhadap hasil karyanya” tandas Ma’mun.
Sementara itu Sekretaris Ditjen Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utama mengatakan bahwa ekspor tersebut adalah bukti apresiasi negara lain terhadap hasil karya warga binaan Pemasyarakatan.
“Saat bangsa lain memberikan apresiasi yang luar biasa, sejatinya terlebih bangsanya sendiri,” ujarnya.
Utami menambahkan hasil karya tersebut adalah bukti kerja nyata atas pemberitaan miring terkait Pemasyarakatan.
“Semoga menjadi alternatif "pembalut luka" atas sikap yang sudah terlanjur terjadi,” tutupnya.**
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.