Hubbul Wathon Galang Solidaritas Lintas Agama untuk Bantu Krisis Rohingya
Hubbul Wathon menggalang dialog lintas agama dan lintas etnis supaya kepercayaan diri muncul di kalangan warga sipil dan pemerintah Myanmar.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tragedi kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya menimbulkan keprihatinan mendalam bagi Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MD Hubbul Wathon).
"Kami dari PB Hubbul Wathon menaruh keprihatinan yang mendalam atas tragedi kemanusiaan ini," kata Sekjen PB Hubbul Wathon, Hery Haryanto Azumi, saat dikonfimasi, Minggu (3/9/2017).
Atas keprihatinan itulah Hubbul Wathon menggalang dialog lintas agama dan lintas etnis supaya kepercayaan diri muncul di kalangan warga sipil dan pemerintah Myanmar.
Untuk mencapai itu, menurutnya, Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya harus melakukan komunikasi intensif antara elemen-elemen civil society di kalangan ASEAN
"Kami mendorong perlunya dialog lintas agama dan etnis. Komunikasi-komunikasi intensif antar elemen civil society di kalangan ASEN. Kita harus memulai gerakan ini dari bawah untuk mengatasi konflik. Kita sebagai bangsa yang majemuk harus menunjukkan kepada dunia bahwa keberagaman itu adalah anugerah yang harus disyukuri," tambah Hery yang juga Wasekjen PBNU itu.
Ketua Umum PB PMII 2005-2008 itu mengatakan bahwa kasus Rohingya jangan sampai dijadikan alat untuk penggalang kombatam di Indonesia atas nama solidaritas agama.
"Jangan biarkan kasus Rohingya dijadikan alat untuk penggalangan kombatan di Indonesia atas nama solidaritas agama," terang Hery.
Menurut Hery, justru sejak awal respons pemerintah Indonesia harus mencerminkan standing position Indonesia sebagai negara primus inter pares di ASEAN dalam penyelesaian masalah-masalah dalam negeri masing-masing.
Dengan kata lain, penggunaan soft power lebih disarankam ketimbang respons emosional.
"Justru standing position Indonesia harus mencerminkan sebagai primus inter pares di ASEAN dalam menyelesaikan masalah ini. Penggunaan soft power lebih penting ketimbang sekadar respons emosional," jelasnya.
Menurutnya, masalah Rohingya adalah tes bagi ASEAN untuk meningkatkan solidaritas sesama negara anggota dalam menyelesaikan masalah-masalah domestik antar negara.
"Masalah ini juga bagian dari tes bagi ASEAN untuk meningkatkan solidaritas sesama negara anggota," tutupnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.