Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

"Itu Dia Amir Biki, Habisi Saja"

Massa yang bentrok dengan aparat malam itu, adalah peserta tabligh akbar yang digagas Amir Biki, di Jalan Sindang, Jakarta Utara, 12 September 1984

Editor: Fajar Anjungroso

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Massa yang jumlahnya sekitar tiga ribu orang yang hendak menuju kantor Kodim 0502, terhenti oleh hadangan belasan orang tentara dari Yon Arhanudse-6 Tanjung Priok di depan Mapolres Jakarat Utara.

Malam itu, sekitar pukul 23.00 WIB, 12 September 1984, ketegangan sempat terjadi antara massa dengan aparat.

Husein Sape, yang dipercaya memimpin massa, langsung memerintahkan agar rombongan berhenti. Ia yang berada di barisan paling depan, lalu memalangkan bendera berwarna hijau bertuliskan kalimat Syahadat.

Husein Sape juga memerintahkan masa untuk menunggu perintah dari Amir Biki, tokoh masyarakat Jakarat Utara yang menggagas aksi tersebut.

Dikutip dari putusan bebas Mayjend TNI (Purn) Pranowo, No.02/PID.HAM/AD/HOC/2003/PN.JKT.PST, mantan Kapomdam V Jaya yang saat kejadian masih berpangkat Kolonel,

Husein Sape mengingat tentara yang menghadang rombongan jumlahnya sekitar sebelas orang. Tentara-tentara tersebut menodongkan senjata mereka ke arah massa yang hanya berjarak sekitar setengah meter.

Berita Rekomendasi

Saat menunggu Amir Biki yang dipercaya berada di barisan belakang, senjata laras panjang dari aparat terlanjur menyalak.

Ribuan orang yang tadinya berniat menyambangi kantor Kodim 0502 akhirnya kocar-kacir, termasuk Husein Sape. Ia mengingat suara rentetan tembakan oleh aparat berlangsung selama lima menit.

Langkah Husein Sape untuk melarikan diri terhenti setelah sebutir timah panas menembus kaki kanannya. Ia tersungkur di aspal bersama puluhan orang lainnya yang menjadi korban timah panas.

Saat tersungkur, ia masih bisa mendengar salah seorang aparat berbiacara melalui Handy Talky (HT), meminta bantuan untuk dikirimkan peluru karena yang mereka bawa sudah habis.

Sepuluh menit setelahnya, ia menyaksikan Amir Biki dan rombongan mendekat ke arah aparat. Salah seorang tentara yang berada di lokasi kemudian mengatakan "itu dia Amir Biki, habisi saja."

Setelahnya senjata dari aparat kembali menyalak, dan ia menyaksikan Amir Biki dan puluhan orang lainnya ambruk.

Husein Sape mengaku tidak bisa berbuat banyak. Ia bahkan sampai harus berpura-pura mati, saat aparat memeriksa satu persatu korban. Sampai ia digotong ke pinggir jalan oleh aparat, Husein Sape mengaku masih pura-pura mati.

Massa yang bentrok dengan aparat malam itu, adalah peserta tabligh akbar yang digagas Amir Biki, di Jalan Sindang, Jakarta Utara, pada 12 September 1984.

Pada pengajian yang dimulai pukul 20.00 WIB itu, pesertanya tidak hanya warga sekitar Jakarta Utara, tetapi ada juga yang datang dari Karawan dan Tangerang.

Pengajian itu digelar sebagai respon atas penahanan empat orang warga oleh Kodim 0502 pada dua hari sebelumnya, mereka adalah Safwan Bin Sulaeman, Syarifudin Rambe, Ahmad Sahi dan Muhamad Noor.

Mereka ditahan terkait insiden pembakaran sepedamotor yang ditumpangi Babinsa Koja Selatan, Sertu Hermanu.

Atas penembakan di depan Mapolres Metro Jakarta Utara itu, diketahui puluhan orang tewas, dan ratusan orang diamankan oleh aparat. Insiden tersebut kemudian dikenal sebagai "Peristiwa Tanjung Priok."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas