Marzuki Darusman: Bagaimana Mungkin Manusia Bisa Mencederai Sesama?
Kepala Misi Pencari Fakta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Myanmar, Marzuki Darusman mencoba memahami insiden Rohingya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Misi Pencari Fakta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Myanmar, Marzuki Darusman mencoba memahami insiden Rohingya.
Hal itu dikatakan saat menghadiri acara 'Laporan tentang Persekusi terhadap Kelompok Minoritas di Myanmar dan Indonesia'.
Menurutnya, tidak hanya dirinya yang mencoba untuk memahami tragedi kemanusiaan itu, namun juga seluruh masyarakat Indonesia.
Baca: Begini Rencana Awal Pelaku Pembunuhan Bos Garmen Sebelum Jasad Dibuang ke Sungai Purbalingga
"Kita semua terutama masyarakat Indonesia, mencoba untuk mengerti apa yang terjadi di Myanmar khususnya di Rakhine, negara bagian utara," ujar Marzuki, di Griya Gus Dur, Jalan Taman Amir Hamzah, Peganggsaan, Jakarta Pusat, Kamis (14/9/2017).
Marzuki mengatakan banyak hal kemanusiaan yang disampaikan dalam acara yang dihadiri pula oleh Alissa Wahid dari Jaringan Gusdurian Indonesia itu. Hal itu membuatnya sedih.
"Tadi sudah banyak sekali yang disampaikan hal yang bertalian dengan kondisi yang sangat menyesakkan kita semua," jelas Marzuki.
Ia menganggap penderitaan etnis yang mengalami pembantaian oleh militer Myanmar itu tidak mungkin bisa disembunyikan.
Kejahatan kemanusiaan yang dialami oleh etnis tersebut, kata Marzuki, tentunya membuat semua orang bertanya-tanya.
Baca: Satu Pembunuh Pengusaha Garmen Dikenal Baik, Kondisi Ekonominya Kacau Sejak Dipecat
"Dari segi kesengsaraan (etnis Rohingya) yang kasat (terlihat) mata, yang tidak mungkin tidak membuat kita semua bertanya," kata Marzuki.
Mantan Pelapor Khusus PBB untuk Situasi HAM di Korea Utara itu pun membeberkan bahwa kini kaum minoritas Rohingya memilih untuk mengungsi ke perbatasan Bangladesh daripada tinggal di negara yang seharusnya menjadi kampung halaman mereka.
Ia pun mempertanyakan alasan yang membuat militer Myanmar bisa melukai etnis yang seharusnya diakui di negara tersebut.
"Masyarakat (Rohingya) yang tua, muda, terutama yang tua, mengalir ke perbatasan Bangladesh, bagaimana mungkin manusia bisa demikian menciderai sesamanya?" tegas Marzuki.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.