Pensiunan Jenderal dan Menteri di Era SBY Hadiri Diskusi yang Digelar The Yudhoyono Institute
Sementara mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa dan mantan Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan juga direncanakan hadir.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - The Yudhoyono Institute (TYI)menggelar "roundtable discussion" dengan tema "Geopolitik dan Keamanan Asia Pasifik: Apa Peran Indonesia"di Graha Bimasena, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/9/2017).
Direktur Eksekutif TYI Agus Harimurti Yudhoyono membuka langsung diskusi yang menghadirkan beberapa tokoh nasional yaitu presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Wakil Gubernur Lemhanas Marsdya TNI Bagus Puruhito, dan Rektor Universitas Paramadina Firmanzah.
Hadi pula para mantan pembantu presiden di era pemerintahan SBY seperti Menkopolhukam periode 2009-2014 Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto), Sekretaris Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II Dipo Alam, Menko Perekonomian periode 2009-2014 Hatta Rajasa, Juru Bicara Kepresidenan era SBY Julian Aldrin Pasha, Wakil Menteri Pertahanan tahun 2010-2014 Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia tahun 2005-2009 Teuku Muhammad Hamzah Tayeb, dan mantan Duta Besar RI untuk Myanmar Sebastian Sumarsono.
Sementara mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa dan mantan Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan juga direncanakan hadir.
Agus Harimurti Yudhoyono menjelaskan bahwa diskusi itu membicarakan dinamika geopolitik dan keamanan di kawasan asia pasifik.
"Dalam diskusi ini kita mencari cara untuk mendorong Indonesia untuk jadi pemain kunci di kawasan Asia Pasifik karena Asia Pasifik merupakan kawasan yang penting dan strategis bagi dunia. Asia Pasifik merupan penyumbang 1/3 gross domestic product (GDP) dunia dan diperkirakan akan mengalami rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen," jelasnya.
Agus juga mengatakan produk hasil diskusi ini akan dijadikan rekomendasi untuk pembuat kebijakan.
"Hasil diskusi ini akan menjadi bahan kajian The Yudhoyono Institute dan akan kami bawa sebagai rekomendasi bagi 'policy making circles'," ungkapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.