Hidroponik, Solusi Menanam di Tengah Ibukota
Dengan keterbatasan ruang hijau yang saat ini dimiliki oleh masyarakat ibukota mengharuskan mereka (Masyarakat Jakarta-red) bercocok tanam.
TRIBUNNEWS.COM - Anggota komisi VIII DPR RI Itet Tridjajati Soemarijanto (F-PDI Perjuangan) mengungkapkan, dengan adanya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) membuatnya terinspirasi untuk membangkitkan kembali pemahaman, keinginan dan pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Ibukota terhadap budaya menanam pohon.
Dengan keterbatasan ruang hijau yang saat ini dimiliki oleh masyarakat ibukota mengharuskan mereka (Masyarakat Jakarta-red) mengenyampingkan keinginan untuk bercocok tanam, walau hanya untuk sekedar hobi bahkan untuk kebutuhan industri.
Hal itu diungkapkannya saat mengadakan Sosialisasi Hidroponik Menuju Urban Farming di RPTRA Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (24/9/17).
Kegiatan ini bekerjasama dengan Kelurahan Gondangdia, dan para aktivis di bidang lingkungan hidup yang ditujukan kepada masyarakat sekitar juga para PKK dan pengelola RPTRA Gondangdia.
Menurut Itet, dengan adanya metode hidroponik, masyarakat yang mempunyai hobi bertanam dapat sangat terbantu, mengingat bertanam dengan hidroponik tidak dibutuhkan tanah atau lahan yang luas, hanya dengan media air.
“Hidroponik itu dengan air kita tidak perlu mencari tanah atau tempat yang luas, sehingga kita masih tetap mempunyai ruang hijau di setiap rumah, karena kan rumah-rumah di kota ini kan sudah sempit sekali, dan ini juga untuk melawan globalisasi panas perubahan iklim, karena perubahan iklim maka akan terjadi panas yang luar biasa, kalau kita tidak hijaukan itu akan lebih panas lagi, maka mari kita mengajak masyarakat kota untuk tetap bisa bercocok tanam dengan lahan yang sempit ini,” terang politisi daerah pemilihan Lampung II.
Selain itu, menurutnya, hal ini sudah pernah Ia lakukan dan praktekan ke konstituennya yang berada di Lampung. Di desa, para petani yang memiliki pendidikan rendah saja bisa menerima sistem penanaman Hidroponik ini, maka tidak menuntut kemungkinan masyarakat kota yang jauh lebih tinggi pendidikan dan tingkat stratanya dapat dengan mudah mengaplikasikannya di rumah-rumah mereka.
“Desa itu audiensnya petani yang pendidikannya juga rendah tapi bisa nyambung karena mereka tahu bahwa itu penting. Cuma mereka di sana tidak mendapatkan teknologi yang profesional seperti yang di kota, tapi karena keinginan mereka tetap supaya hasil pertanian mereka kualitasnya naik maka mereka sangat antusias itu yang saya sangat gembira,” jelas Itet.
Dirinya juga bersyukur, acara sosialisasi ini dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat, diantaranya, dokter, guru, aktivis, ibu rumah tangga hingga profesional. Dari kegiatan yang terjalin, para peserta sosialisasi dapat dengan mudah memahami dan mengikuti juga mengaplikasikannya di tempat terkait praktek Hidroponik.
Itet juga berharap, kegiatan ini akan dapat terus dilangsungkan, agar pemahaman terkait mencintai lingkungan dan alam dapat tersebar luas, terlebih dengan adanya pemanasan global (Global Warming) dan perubahan cuaca yang cukup ekstrem sehingga membuat panas di Jakarta semakin menjadi. Dengan adanya hidroponik ini dapat membantu menambah atau membuka kembali ruang terbuka hijau di Jakarta. Selain itu juga, kemudahan mendapatkan sayuran yang bersih dan higienic juga dapat terealisasikan.