Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menteri Pertahanan Bantah Ikut Bikin 'Panas' Situasi Terkait Pernyataan Panglima TNI

Ryamizard Ryacudu sebetulnya enggan ikut mengomentari polemik yang dipicu pernyataan Panglima TNI terkait pembelian senjata.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Menteri Pertahanan Bantah Ikut Bikin 'Panas' Situasi Terkait Pernyataan Panglima TNI
Tribunnews.com/Nurmulia Rekso Purnomo
Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebetulnya enggan ikut mengomentari polemik yang dipicu pernyataan Panglima TNI terkait pembelian senjata.

Namun, mau tak mau ia harus bicara karena jabatannya sebagai penasihat utama Presiden Joko Widodo untuk urusan pertahanan.

"Saya tidak memanas-manaskan, saya memperjelas, saya harus ngomong dong. Menhan mengurus pertahanan negara, kalau pertahanan negara jelek, yang digantung saya, bukan siapa-siapa," ujarnya, Selasa (26/9/2017).

Ia menyebut Jenderal Gatot Nurmantyo telah menyampaikan pernyataan tidak akurat terkait isu pembelian 5 ribu pucuk senjata oleh instansi nonmiliter, yang belakangan ini ramai dibincangkan publik.

Tapi, ia memaklumi dan menduga bahwa para pembantu Panglima TNI kurang memberi informasi yang cukup.

"Bukan lima ribu (pucuk), tapi lima ratus," kata Ryamizard.

Berita Rekomendasi

Ia menjelaskan bahwa yang membeli senjata adalah Badan Intelejen Nasional (BIN). Dan tepatnya, BIN membeli senjata dari PT Pindad sebanyak 521 pucuk senjata SS2 dengan 72.750 butir peluru.

Diakuinya sempat menolak permohonan tersebut, karena spesifikasi yang diajukan tidak tepat.

Akhirnya setelah ada sejumlah penyesuaian, Kementerian Pertahanan menyetujui rencana BIN membeli senjata untuk keperluan sekolah intelijen.

Ia juga menegaskan bahwa klarifikasinya disampaikan, hanya untuk menuntaskan polemik yang terjadi.

Ryamizard juga menegaskan, sama sekali tidak punya kepentingan apapun. Kecuali untuk mengabdi terhadap bangsa dan negara.

"Dari saya masuk tentara tahun tujuh puluhan, hanya satu, mengabdi pada bangsa dan negara. Anak saya dua tentara, bapak saya, paman saya, uwa (red: paman) saya tentara, hanya mengabdi, tidak pengin yang lain-lain," katanya.

"TNI itu punya rakyat, bukan punya orang, punya partai. TNI yang kasih makan, gaji, mobil, rakyat semua. Saya juga punya rakyat, dari tahun tujuh puluhan, makan, darah daging saya ini tulang, (punya) rakyat. Kalau saya tidak mengabdi pada negara, saya kualat," tandasnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas