Moeldoko: Stabilitas Agak 'Anget', Tidak Bijak Munculkan Persoalan Baru
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko mengatakan stabilitas negara jelang tahun-tahun politik ini memang agak hangat.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko mengatakan stabilitas negara jelang tahun-tahun politik ini memang agak hangat.
Oleh karenanya, semua elemen bangsa harus saling menjaga dan jangan memunculkan persoalan baru.
“Dengan kondisi negara saat ini, stabilitas agak anget, saya pikir memunculkan persoalan-persoalan baru tidak baik, tidak bijak. Semuanya harus pada kondisi saling menjaga situasi ini dengan sungguh-sungguh,” kata Moeldoko.
Hal itu dikatakan Moeldoko yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) usai sosialisasi benih padi M400 di Desa Pontang, Ambulu, Jember, Rabu (27/9/2017).
Acara dihadiri ratusan petani di kabupaten tersebut.
Baca: Moeldoko: Berlebihan Kalau Film G30S/PKI Digoreng Jadi Isu Politik
Moeldoko melihat kegelisahan karena stabilitas yang hangat itu sudah merambat ke masyarakat.
"Untuk itu, seluruh statement sungguh harus menjawab dan menjaga kondisi negara ini dengan baik. Kalau tidak, kita hanya ribut dengan kondisi di dalam, padahal perkembangan lingkungan luar sudah seperti itu. Kapan kita menjadi bangsa yang kompetitif?” ujarnya.
Untuk diketahui, belakangan pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo soal kewajiban nonton film ‘Pengkhianatan G30S/PKI’ dan 5.000 senjata ilegal, menjadi polemik publik dalam beberapa sepekan terakhir.
Akan tetapi, Moeldoko menyatakan pernyataannya ini tidak menunjuk pada pihak manapun.
“Saya tidak mengoreksi siapapun di sini. Tetapi itu tadi. kalau saya jadi prajurit, pedoman saya hanya Sapta Marga dan sumpah prajurit. Pimpinan tertinggi saya hanya presiden, bukan yang lain,” ujarnya.
“Gampang kok jadi prajurit itu, kuncinya hanya Sapta Marga dan Sumpah Prajurit,” imbuh peraih Adhi Makayasa Akabri 1981 ini.
Dia kembali menegaskan, sebagai prajurit TNI patuh kepada pimpinan adalah kunci.
"Kalau itu diikuti dengan sungguh-sungguh tidak ada persoalan, semuanya terkomunikasikan dengan baik,” ujar doktor dari Universitas Indonesia (UI) ini.