Kurangi Dampak Lingkungan dan Sosial Melalui Praktek Bisnis yang Tertanggung Jawab
Sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan perusahaan yang menerapkan sustainable development agar bisa mendapatkan keuntungan jangka waktu panjang
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perubahan besar atas lingkungan hidup yang terjadi saat ini cepat atau lambat akan menyebabkan perubahan gaya hidup manusia.
Manusia akan beralih dari pemanfaatan sumber daya yang boros ke pilihan gaya hidup yang lebih ramah terhadap sumberdaya alam yang dapat menipis jika tidak dikelola secara bertanggung jawab.
Bisnis yang berperan dalam pengolahan sumberdaya alam terbarukan, mempraktekkan pengelolaan sumberdaya alam yang bertanggung jawab, efisiensi sumber daya, pelestarian, dan pendauran ulang, akan semakin berprospek di masa depan.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan perusahaan yang menerapkan sustainable development sebagai strategi untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu panjang.
Ini sesuai survey yang dilakukan McKinsey & Company, terjadi peningkatan perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan perusahaannya.
Baca: Menteri Lingkungan Hidup: Beban Proyek Reklamasi Kini Berada di Pundak Pemprov Jakarta
"Ini merupakan strategi untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, meningkatkan keuntungan, dan meningkatkan peluang investasi sehingga meningkatkan kemampuan perusahaan dalam kompetisi dan pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan," kata Hartono Prabowo, FSC Indonesia Representative di sela-sela Forest Stewardship Council (FSC) Indonesia Leadsership Forum 2017, Kamis (28/9/2017).
Sebagai organisasi non-profit global, Hartono terus mendorong para pelaku bisnis mempertimbangkan praktek bisnis yang bertanggung jawab (responsible business).
“Artinya praktek bisnis yang berupaya mengurangi dampak lingkungan dan sosial secara jangka panjang,” katanya
Dirinya melihat adanya value bagi perusahaan saat ini yang menerapkan responsible business bukan hanya sisi image, tetapi manfaat pasar pun dapat diperoleh.
“Hasil riset juga menunjukkan perolehan keuntungan finansial perusahaan setelah bersertfikat FSC yang mencapai US$6.03 per m3 kayu bulat, sehingga mampu menutupi investasi sertifikasi FSC yang mencapai US$3.74 per m3 kayu bulat,” katanya.
Baca: Sariban, Pahlawan Pejuang Lingkungan Hidup yang Pernah Mencalonkan Diri Jadi Gubernur Jabar
Reza Andreanto, Evironment Manager Tetra Pak Indonesia mengatakan, sertifikasi FSC penting untuk mengamankan sumber bahan baku yang berkelanjutan yang sesuai bagi strategi lingkungan Tetra Pak yang hanya menggunakan sumber bahan baku dari hutan yang berkelanjutan.
“Juga pemiliihan desain kemasan dan proses manufaktur yang efisien dan kebijakan penanganan sampah kemasan karton,” katanya.
FSC Indonesia Leadsership Forum 2017 kali ini mengangkat tema Prospek Sustainable Business Dalam Meningkatkan Value Perusahaan.
Tema ini sengaja diangkat untuk mendorong para perusahaan di Indonesia agar lebih aktif lagi dalam menjalankan Sustainable Business yang diharapkan dapat dilakukan disemua lini sektor maupun industri.