Muncul Wacana Munaslub, Posisi Setnov Kian Terpojok?
Berdasar pada hasil tim kajian internal partai Golkar yang dipimpin oleh Yorrys Raweai merekomendasikan agar Novanto mundur dari jabatannya.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nasib jabatan Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto semakin dipertaruhkan.
Pasalnya, berdasar pada hasil tim kajian internal partai Golkar yang dipimpin oleh Yorrys Raweai merekomendasikan agar Novanto mundur dari jabatannya.
Jabatan tersebut, kata Yorrys akan dipegang oleh seorang pelaksana tugas (Plt) ketua umum. Tugas Plt nantinya akan memimpin organisasi partai hingga terpilihnya ketua umum yang baru.
“Maksimal Plt memang hanya sebulan kerja. Setelah itu harus ada ketua baru. Ini sudah menjadi poin rekomendasi tim kajian,” jelas dia di restorang Puang Oca, Jakarta, Rabu (27/9)
Tim kajian, jelas dia, usai bekerja selama 10 hari menemukan bahwa elektabilitas partai berlambang Pohon Beringin itu, turun sebanyak enam persen. Hasil itu berdasar pada survey dua lembaga di luar partai.
“Survey menunjukkan kita sekarang berada di angka 11,6 persen. Turun enam persen dari sebelum Novanto dijadikan tersangka kasus E-KTP,” lanjut dia.
Hasil dari tim kajian, kata dia, sudah dirapatkan dalam rapat pleno Golkar pada Senin (25/9) lalu. Tetapi, belum ada hasil yang pasti, mengingat hasil itu masih akan dikomunikasikan terlebih dahulu kepada Setya Novanto yang masih terbaring di RS Premier Jatinegara.
“Kemarin Pak Sekjen katanya sudah bertemu. Tapi, saya tidak tahu hasilnya seperti apa,”ucapnya.
Sementara itu, Ketua Harian Partai Golkar, Nurdin Halid menjelaskan setidaknya, terdapat dua agenda besar yang sudah berada di depan mata, yakni, pilkada 2018 dan pilpres 2019.
Oleh karenanya, dia mengatakan akan ada konsolidasi dengan Novanto dan juga sekjen partai Golkar, Idrus Marham. Bukan tanpa alasan, kedua orang itu lah yang nantinya akan memutuskan untuk adanya pelaksana tugas atau tidak.
"Kita segera evaluasi secara keseluruhan nanti. Apabila tidak ada masalah, maka tidak perlu diganti. Kalau ada masalah, ya kita akan konsolidasi," jelasnya.
Untuk nama-nama kandidat pelaksana tugas, kata Nurdin, seharusnya dirinya yang menjabat. Hanya saja, dia mengatakan akan fokus di Sulawesi Selatan.
"Harusnya saya sebagai Ketua Harian. Tapi, saya tidak ada ambisi lah. Saya fokus di Sulsel saja. He-he-he," kata dia seraya tersenyum.
Dirinya meyakini, Novanto akan tetap berpegang teguh untuk menyelamatkan partai Golkar sebagai ketua umum. Bukan sebaliknya, mementingkan pribadinya sendiri.