Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Politisi Gerindra: Penurunan Daya Beli Jangan Anggap Sepele, Apalagi Menuduh Digoreng Partai Oposisi

Heri meminta pemerintah menyikapi fakta penurunan daya beli masyarakat dengan serius.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Politisi Gerindra: Penurunan Daya Beli Jangan Anggap Sepele, Apalagi Menuduh Digoreng Partai Oposisi
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Massa buruh yang tergabung dalam Gerakan Buruh Indonesia (GBI) berdemonstrasi melintasi Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (1/9/2015). Demonstrasi dilakukan karena adanya ancaman PHK besar-besaran seiring dengan menurunnya daya beli buruh dan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang berdampak pada pelemahan ekonomi Indonesia. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI, Heri Gunawan, menjawab tudingan Presiden Joko Widodo soal isu turunnya daya beli masyarakat sengaja diciptakan oleh lawan politik, untuk menghambat elektabilitasnya di pemilu presiden 2019 mendatang.

Heri meminta pemerintah menyikapi fakta penurunan daya beli masyarakat dengan serius.

Politikus Partai Gerindra ini juga membantah ada pihak yang sengaja mengaitkannya dengan isu politik menjelang Pemilu 2019.

"Penurunan daya beli jangan dianggap sebagai hal sepele dan nyeleneh, apalagi disangkutkan dengan isu yang seolah-olah digoreng partai oposisi. Yang jelas bagaimanapun fakta dari data BPS dan di lapangan bahwa daya beli memang menurun," kata Heri Gunawan kepada wartawan, Minggu (8/10/2017).

Baca: Jokowi Tuding Isu Daya Beli Menurun Diciptakan Lawan Politik untuk Jatuhkan Dirinya

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2017 tercatat 5,01 persen.

Menurut Heri, angka itu lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 5,18 persen.

Berita Rekomendasi

Tak hanya itu, penurunan ditandai oleh penurunan konsumsi rumah tangga yang menjadi indikator mengukur daya beli.

"Konsumsi rumah tangga kuartal II-2017 juga hanya mencapai 4,95 persen, atau naik tipis dibandingkan kuartal sebelumnya yang pertumbuhannya 4,94 persen. Perlambatan juga terlihat dari konsumsi rumah tangga pada kuartal dua tahun lalu yang mencapai 5,07 persen," kata Heri.

Heri menambahkan, lemahnya daya beli masyarakat juga tidak tertutup kemungkinan akibat arah kebijakan ekonomi yang belum mampu menciptakan trikcle down effect. Karena itu, Heri mengimbau sebaikanya pemerintah memastikan tidak adanya distorsi pada daya beli masyarakat.

"Semua masih didominasi oleh sektor finansial tak langsung, sehingga sektor-sektor produktif masih loyo," katanya.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo menyindir soal isu penurunan daya beli dalam pidato peresmian penutupan Rapat Koordinasi Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Tahun 2017 di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Selasa (3/10/2017) sore.

"Isunya hanya daya beli turun. Saya liatin siapa yang ngomong, (orang) politik oh enggak apa-apa," kata Jokowi tawa para anggota Kadin yang hadir.

"Kalau pengusaha murni saya ajak ngomong. Kalau orang politik kan memang tugasnya itu, membuat isu-isu untuk 2019. Sudah kita blakblakan saja," tambah Jokowi.

Jokowi kemudian memaparkan sejumlah data yang membuktikan bahwa daya beli masyarakat tidak menurun.

Menurut Jokowi, yang terjadi adalah peralihan pembelian dari offline ke online.

"Kalau ada toko tutup ya karena ini. Salahnya enggak ikuti jaman," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, salah satu yang membuktikan argumennya ini adalah jasa kurir yang naik sebesar 130 persen sampai akhir September ini.

"Angka ini didapat dari mana? Ya kita cek. JNE cek, kantor pos cek. Saya kan juga orang lapangan," kata Jokowi disambut tepuk tangan hadirin. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas