Hamdi Muluk: Hasil Survey 80 Persen Anak Muda kita Tidak Masalah Terhadap NKRI dan Pancasila
Generasi muda Indonesia diharapkan dapat selalu menjaga keutuhan bangsa dan mengisi kemerdekaan dengan berbagai macam kegiatan yang positif.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Generasi muda Indonesia diharapkan dapat selalu menjaga keutuhan bangsa dan mengisi kemerdekaan dengan berbagai macam kegiatan yang positif.
Hal ini agar generasi muda sebagai harapan bangsa bisa terus bersatu agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini nantinya tidak terpecah belah.
“Anak-anak muda sekarang ini kan sudah menikmati kemerdekaan, karena mereka dulu tidak terlibat langsung dalam masalah pembentukan negara ini. Anak-anak muda sekarang harus lebih konsen kepada keahliannya. Sehingga sekarang inilah bagi generasi muda kita harus mengisi kemerdekaan ini,” ujar Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si, Jumat (3/11/2017)
Dikatakan Hamdi Muluk, hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 itu merupakan salah satu cara untuk menciptakan kesadaran bahwa Indonesia itu ada.
“Karena pada jaman tersebut tantangannya seperti itu yang mana saat itu masyarakatnya yang plural apalagi Indonesia sendiri saat itu belum merdeka,” ujarnya.
Dirimya mengutip pernyataan Prof. Benedict Richard O'Gorman Anderson, seorang peneliti kelahiran Kunming, Tiongkok, 26 Agustus 1936 yang meninggal di Batu, Jawa Timur, 13 Desember 2015.
Dimana Anderson yang beberapa kali melalakukan penelitian tentang Indonesia. Dalam salah satu bukunya ‘Revolusi Pemuda 1944-1966’, Hamdi menngatakan bahwa Indonesia ini sebenanya mempunyai bentuk yang konkrit seperti ada tanah, ada kebudayaan yang banyak, ada orang Indonesia.
“Yang dimiliki Indonesia dulu itu adalah suku-suku. Geografisnya sebenarnya dulu itu katanya Andeson juga tidak ada. Yang ada tanah Jawa, tanah Batak, tanah Kalimantan, tanah Ambon dan tanah-tanah seterusnya termasuk suku budayanya,” ujar Hamdi menjelaskan penelitian Anderson
Karena dijajah oleh penjajah yang sama dan punya kesamaan nasib, lalu berikrarlah para pemuda-pemuda jaman dulu itu dalam pemikiran mereka kalau mereka semua ini menginginkan menjadi satu ikatan yang waktu itu hanya dibayang-bayangkan saja sebagai kumunitas imajiner, bukan sebagai komunitas yang riil.
“Jadi bersumpahlah para pemuda-pemuda semua itu bagaimana mereka mempersatukan demi tanah yang satu menjadi Tanah Air Indonesia, menjadi bahasa yang satu yakni Bahasa Indonesia dan menjadi bangsa yang satu Bangsa Indonesia dan berikrarlah mereka itu dulu. Itu menjadi dasar mereka untuk membuat Indonesia,” ujar Hamdi
Lebih lanjut pria yang menjadi koordinator Program master dan Doktoral fakultas Psikologi UI ini menjelaskan bahwa jaman sampai tahun 50-60 an dimana para founding fathers kita saat itu bersama-sama bersatu untuk membangun bangsa.
“Nah ketika sudah mulai masuk sekitar tahun 80-an anak-anak ini sudah mulai menikmati pembangunan ini, apalagi tanahnya sudah jadi, Indonesianya sudah jadi. Itu yang harus dimanfaatkan generasi muda kita dengan sebaik mungkin,” ujarnya
Cuma menurutnya, sekarang ini tetap ada masalah kebangsaan yang kekinian yang sebenarnya lebih bermuara kepada manajemen seperti bagaimana memenejemen seperti keberhasilan, birokrasi di negara ini.
“Seperti korpusi itu termasuk salah dalam manajemen di negara ini. Karena ada orang rakus malah dibiarin yang akhirnya menjadi budaya dari dulu sampai sekarang dan diikuti oleh yang muda-muda ini,” ujarnya