Generasi ''Zaman Now'' Perlu Belajar dan Meneladani Gus Dur
generasi muda milenial perlu mengenal sosok yang konsisten menyuarakan nilai-nilai ke-Indonesia-an, kesetaraan, dan keadilan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fajar Riza Ul Haq menyampaikan pentingnya generasi milenial menimba inspirasi dari sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Menurut Direktur Eksekutif Maarif Institute ini, generasi muda milenial perlu mengenal sosok yang konsisten menyuarakan nilai-nilai ke-Indonesia-an, kesetaraan, dan keadilan.
“Terlebih ketika situasi masyarakat seperti sekarang ini. Perbedaan pandangan dan pilihan politik saja sudah sering kali jadi pemicu permusuhan,” ujar Fajar, ketika berbicara di hadapan puluhan peserta diskusi publik yang digelar Wahid Foundation, Kamis (9/11/2017).
Gus Dur, menurut Fajar, bisa menjadi teladan bagi generasi milenial.
Pilihan Gus Dur untuk menghindari jalan kekerasan dan kebesaran jiwanya untuk tak segan-segan meminta maaf, merupakan sesuatu yang patut dijadikan contoh.
Baca: Imigrasi: Surat Cegah Setya Novanto Dikirim Resmi
“Gus Dur selalu bilang tidak menyukai kekerasan. Ungkapan ini mencerminkan komitmen Gus Dur untuk selalu menolak kekerasan dan lebih percaya kepada mekanisme demokrasi. Gus Dur juga melarang pendukung politiknya untuk mempertahankan posisinya sebagai presiden dengan cara-cara yang tidak demokratis dan kekerasan,” ucap Fajar.
Teladan lainnya, menurut Fajar yang juga merupakan Sekretaris Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah ini, ialah saat Gus Dur tak sungkan untuk meminta maaf atas peristiwa kekerasan tahun 1965 dalam kapasitasnya sebagai tokoh NU.
“Gus Dur menginginkan adanya rekonsiliasi agar hal serupa tidak akan terulang lagi di masa yang akan datang. Saat mengunjungi Timor Leste pada 2001 dalam kapasitas sebagai presiden, Gus Dur pun tak berat untuk meminta maaf atas sejumlah kekerasan yang pernah terjadi. Mengakui kesalahan dan menerima maaf merupakan cara untuk mengobati luka dan prasyarat menuju rekonsiliasi. Memaafkan bukan berarti melupakan,” papar Fajar.
Fajar menambahkan, generasi muda “zaman now” saat ini menghadapi tantangannya sendiri.
Gemuruh informasi di media sosial seperti facebook, whatsapp, dan twitter seringkali menghanyutkan para penggunanya yang mayoritas ialah generasi milenial.
Sayangnya, sering kali informasi-informasi yang beredar serba cepat itu dikonsumsi tanpa melalui proses verifikasi yang disiplin.
Akibatnya, keadaan ini rentan menimbulkan disorientasi, kesalahpahaman, prasangka, hingga benih-benih permusuhan.
“Generasi muda perlu lebih mengenal kearifan seorang Gus Dur. Gus Dur ini akan menjadi salah satu sumber oase menyegarkan bagi generasi milenial, tidak hanya saat berselancar di dunia maya tetapi juga ketika berinteraksi dalam realitas nyata,” ujar Fajar.
Selain Fajar, diskusi yang berlangsung di Griya Pergerakan Gus Dur, Kamis (09/11), Jakarta ini, juga menghadirkan dua pembicara lain yakni salah satu pendiri Wahid Foundation Ahmad Suaedy, M.Hum, dan intelektual Islam Prof. Dr. Siti Musdah Mulia.