Munas PBNU di NTB Akan Bahas Radikalisme
PBNU akan menggelar musyawarah nasional alim ulama dan konferensi besar di Nusa Tenggara Barat pada 23-25 November 2017.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggelar musyawarah nasional alim ulama dan konferensi besar di Nusa Tenggara Barat pada 23-25 November 2017.
Munas PBNU mengambil tema "Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga".
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengatakan, di Eropa Islam identik dengan teroris.
Menurutnya, NU berperan untuk menjaga nama baik Islam.
Baca: PBNU Bahas Jalan Keluar Kesenjangan Ekonomi dan Radikalisme Agama
Tak ada yang lebih zalim dibandingkan teroris yang membunuh atau melakukan kejahatan atas nama Islam.
Karena itu demi mencegah tersebarnya paham radikalisme di Indonesia, ucap Said, dirasa perlu mengangkat tema besar deradikalisasi.
"Tidak ada yang paling zalim, melebihi dari orang yang melakukan kejahatan atas nama Islam. NU berkepentingan menjaga nama baik Islam," ujar Said di Gedung PBNU, Senen, Jakarta Pusat, Senin (20/11/2017).
Sementara Direktur NU Online Savic Ali menerangkan, beberapa lembaga survei seperti Wahid Foundation menyebutkan, sebanyak 0,4 persen penduduk Indonesia pernah bertindak radikal.
Sedangkan 7,7 persen mau bertindak radikal kalau memungkinkan. Survei tersebut dilakukan pada 1.520 responden dengan metode multi stage random sampling.
"Bantak survei menunjukan tingkat ekstremisme keagamaan meningkat. Indonesia menghadapi tantangan yang tidak mudah. Kita khawatir situasi ini tidak bisa dikontrol," ujar Savic.
Munas alim ulama akan dibuka Presiden Joko Widodo pada 23 November.
Acara ini akan dihadiri 1,570 peserta resmi, 15,000 kader NU, dan masyarakat umum.