Seruan Anggota Muda Parlemen 51 Negara untuk Kebijakan yang Inklusif
Irine mengatakan, mereka bersepakat untuk mendorong kebijakan yang melawan ujaran kebencian, diskriminasi, rasisme, dan xenophobia.
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 200 anggota muda parlemen dari 51 negara berkumpul dalam IPU Global Conference of Young Parliamentarians di Ottawa, Kanada pada 16-18 November 2017.
Mereka menyerukan kebijakan politik dan ekonomi yang lebih inklusif bagi anak muda, perempuan, migran, dan pengungsi di tiap negara.
Mereka adalah anggota parlemen nasional yang berusia di bawah 40 tahun, yang juga merupakan bagian dari Inter-Parliamentary Union (IPU), sebuah organisasi global yang tersusun dari wakil 178 parlemen negara-negara dunia, termasuk Indonesia.
Seruan untuk kebijakan politik, sosial, dan ekonomi yang inkusif ini didorong oleh berkembangnya kebijakan dan retorika para pemimpin negara yang bersifat eksklusif, dan meminggirkan potensi kaum marginal.
Baca: Setnov Ditahan, Bukti KPK Tak Takut Bentuk Perlawanan dengan Tameng Kekuasaan
Wakil dari Indonesia dalam konferensi tersebut, yang juga board member forum anggota muda parlemen di IPU yakni anggota Komisi X DPR RI Irine Yusiana Roba Putri.
Irine mengatakan, mereka bersepakat untuk mendorong kebijakan yang melawan ujaran kebencian, diskriminasi, rasisme, dan xenophobia.
“Kami juga berkomitmen untuk terus mendorong partisipasi anak muda dalam politik, tanpa memandang latar belakang jenis kelamin, agama, atau etnis. Potensi generasi muda sangat besar, yang telah terbukti dalam berbagai bidang. Jika Indonesia ingin mengikuti perkembangan negara lain, penyertaan anak muda dalam berbagai kebijakan adalah keharusan,” kata Irine Yusiana dalam keterangan tertulis, Senin (20/11/2017).
Sementara anggota muda parlemen Kanada, Nathaniel Erskine-Smith mengatakan, partisipasi politik anak muda harus dikonkretkan dalam aturan.
Baca: Berbagai Tanggapan Tokoh Sebelum Setnov Dibawa ke Rutan KPK, Ada yang Kirim Karangan Bunga
Misalnya dalam jumlah kuota anak muda di partai politik dan anggota parlemen.
“Organisasi sayap kepemudaan adalah langkah awal yang bagus, dan mereka harus dilibatkan dalam kegiatan dan kebijakan partai,” kata Erskine-Smith.
Konferensi global ini juga mendorong pemerintah supaya lebih serius membangun lingkungan ekonomi yang ramah terhadap inovasi, terutama di bidang teknologi, karena saat ini banyak inovasi bisnis dilakukan oleh inovator muda di bawah usia 40 tahun.