Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

SIMAJI 2017, Ajak Orangtua Bentengi Akhlak Anak Sejak Dini

Dunia global yang menjadi ciri abad ini, kata budayawan Betawi, Qubil AJ, menyadarkan kalangan elit, termasuk para intelektual Islam perlunya bergegas

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in SIMAJI 2017, Ajak Orangtua Bentengi Akhlak Anak Sejak Dini
Foto: Eddie Karsito
SIMAJI 2017, Ajak Orangtua Bentengi Akhlak Anak Sejak Dini 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia global yang menjadi ciri abad ini, kata budayawan Betawi, Qubil AJ menyadarkan kalangan elit, termasuk para intelektual Islam perlunya bergegas menata kehidupan berbangsa.

Menurutnya, perlu penguatan kesadaran multikultural, di tengah budaya global, ditandai perjumpaan lintas budaya dan agama, yang berlangsung secara intens melalui media sosial dan media massa.

“Karenanya kita tidak bisa menghindar dari kenyataan ini. Naif juga jika kita menutup diri menjadi umat yang tertutup, terkucil dan terbelakang,” kata Qubil AJ, kepada Wartawan, saat ditemui di acara Simulasi Manasik Haji (SIMAJI) 2017 di Asrama Haji Pondok Gede, Pinang Ranti, Jakarta Timur, Sabtu (25/11/2017).

Simulasi Manasik Haji (SIMAJI) 2017 ini, diselenggarakan Kelompok Kerja Taman Kanak-Kanak al-Quran (TKQ) dan Taman Pendidikan al-Quran (TPQ) Kota Jakarta Timur, di bawah Kementerian Agama Kota Jakarta Timur.

Diikuti kurang lebih 1800 peserta, yang merupakan pelajar TKQ/TPQ, dan Madrasah Diniyah, dari 10 Kecamatan, se-Kota Jakarta Timur.

Kegiatan Simulasi Manasik Haji, lanjut Qubil, dapat dijadikan sebagai upaya penetrasi budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

“Saya respect dengan kegiatan ini. Benteng utama memahami nilai-nilai agama, akhlaqul karim. Cikal bakal, titik nadir bagaimana kita mendidik anak-anak yang shaleh dan shalehah, memahami nilai-nilai agamanya,” tutur pemeran tokoh Bang Madit, dalam sinetron ‘Islam KTP’, yang pernah ditayangkan SCTV ini.

Berita Rekomendasi

Melalui pendidikan agama sejak dini, kata Qubil, pengaruh budaya global yang negatif, setidaknya dapat dicegah sedini mungkin. 24 jam media sosial, lanjut Qubil, bergulir cepat menawarkan informasi yang positif dan negatif.

“Media sosial sangat riskan. Bisa membawa mudarat, dan manfaat. Makanya orangtua harus super ekstra, super ketat membentengi akhlak anak-anak. Kejahatan banyak muncul dari media sosial. Dengan iman (Tauhid) dan agama (syariat), insya Allah anak-anak terhindar dari perbuat keji dan munkar,” ungkapnya.

Simulasi Manasik Haji (SIMAJI) 2017, dihadiri lebih dari seribu guru dan orangtua sebagai pendamping.

Hadir juga di acara ini, H.Mursalih, MA (Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren kementerian Agama Jakarta Timur), Ade Syaefuddin, S.Pd.I, MM (Ketua Pokja TKQ/TPQ Kota Jakarta Timur), Samin Farizky, S.Ag (Ketua Panitia SIMAJI 2017), dan Denny Kadarrusman (Pemerhati Anak & Pendongeng Nasional).

Menurut Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Kota Jakarta Timur, H.Mursalih, MA, pendidikan awal pada masa kanak-kanak sangat membekas.

“Anak-anak adalah usia keemasan. Seorang anak mampu menyerap pengetahuan jauh lebih kuat ketimbang orang dewasa. Sehingga memberikan pendidikan agama lebih awal kepada anak melalui simulasi manasik Haji ini penting untuk tumbuh kembang mereka,” ujarnya.

Ketua Panitia SIMAJI 2017, Samin Farizky, S.Ag, menjelaskan, melalui Simulasi Manasik Haji ini, anak-anak dibimbing dan diajarkan mengenai pelaksanaan rukuh Haji.

“Dari cara mengenakan pakaian Ihram (pakaian Haji), lalu Ihram dari mîqât (batas waktu dan tempat yang ditentukan untuk melakukan ibadah haji dan umrah). Setelah itu Wukuf di Arafah, Tawaf ifâdah, Sa'i, melontar jumrah, Mabît (menginap) di Mudzdalifah, Mekkah, Mabît di Mina, dan Tawaf wada' (tawaf perpisahan),” paparnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas