Jokowi Akan Kecipratan Efek Negatif Jika Biarkan Airlangga Rangkap Jabatan Sebagai Menteri
"Kalau Airlangga gak mundur setelah resmi jadi Ketua Umum Golkar efek negatifnya ada di Jokowi justru,"
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan kecipratan 'getah' negatif ketika Airlangga Hartarto sebbagai Menteri Perindustrian menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
"Kalau Airlangga gak mundur setelah resmi jadi Ketua Umum Golkar efek negatifnya ada di Jokowi justru," kata Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, kepada Tribunnews.com, Jumat (15/12/2017).
Baca: Mundur Tidaknya Airlangga Dari Jabatan Menteri Tergantung Restu Jokowi
Presiden Jokowi akan dianggap pilih kasih dan tidak konsisten menerapkan kebijakan agar tidak rangkap jabatan di kabinet sekaligus pengurus partai politik.
"Memang sih masih ada pejabat yang punya jabatan ganda, Oesman Sapta Odang (OSO) misalnya Wakil Ketua MPR dan sekaligus Ketua DPD," jelas Hendri Satrio.
Baca: Pembebasan Lahan Baru 22 Persen, Jokowi Berharap Pertengahan 2019 Waduk Ciawi Selesai
"Tapi biasanya jabatan yang melekat dengan eksekutif akan lebih rawan kritik," lanjut dia.
Bagi Golkar, lanjutnya, justru akan menguntungkan bila Airlangga tidak mundur karena akan punya akses langsung kepada pemerintah.
Tapi ia yakin Presiden Jokowi akan meminta Airlangga mundur dari kursi Menteri Perindustrian.
Baca: Santap Gurame dan Tumis Genjer di Puncak, Ini Nilai Tagihan Makan Siang Jokowi dan Rombongan
"Penggantinya bisa siapa saja. Tapi saya menduga Idrus Marham yang akan didorong sebagai Menteri oleh Airlangga mungkin dicitrakan sebagai "hadiah" tidak meneruskan syahwat sebagai Plt Ketum Golkar kemarin," jelasnya.
Baca: Sulitnya Mobil Jokowi Keluar Dari Masjid Harakatul Jannah Bogor
Atau mungkin juga menurutnya, Ade Komaruddin (Akom) sebagai kandidat Menteri Perindustrian menggantikan Airlangga.
"Seperti kita ketahui Akom sebetulnya punya kans terbesar jadi Ketum karena nomor 2 posisinya di Munas Bali lalu," jelasnya.