Ayo Nyanyikan Lagu Indonesia Raya 3 Stanza!
Tahukah Anda, sebenarnya lirik yang kita kenal dan hafal selama ini hanya satu dari tiga stanza yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman?
Editor: Content Writer
Sebagai lagu kebangsaan, “Indonesia Raya” telah dinyanyikan lebih dari 89 tahun lamanya. Diperdengarkan pertama kali pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, hingga kini lagu tersebut selalu dikumandangkan pada acara-acara kenegaraan dan formal lainnya. “Indonesia Raya” bahkan menjadi lagu pembuka setiap pagi pada stasiun televisi dan stasiun radio seluruh Indonesia.
Tapi tahukah Anda, sebenarnya lirik yang kita kenal dan hafal selama ini hanya satu dari tiga stanza (kumpulan bait) yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman?
Ya, sebenarnya lagu “Indonesia Raya” memiliki tiga stanza dengan lirik yang berbeda-beda. Lirik ini menggambarkan semangat dan cita-cita kaum pergerakan kemerdekaan Indonesia saat itu.
Tiga stanza lirik “Indonesia Raya” bukan lirik semata, namun lebih dari itu, terdapat lantunan harapan dan doa terhadap negara ini. Sejatinya, lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan sekarang merupakan lagu di stanza pertama yang berkisah tentang Indonesia yang saat itu belum bersatu.
“Marilah kita berseru, Indonesia bersatu”
Sedangkan di stanza kedua, terdapat doa yang tulus dari seluruh masyarakat Indonesia yang mengharapkan Indonesia sebagai negara yang bahagia.
“Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia”
Dan di stanza ketiga, stanza yang memiliki janji dan sumpah dari seluruh rakyat Indonesia. Sebuah sumpah janji setia terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Marilah kita berjanji, Indonesia abadi”
Mengetahui isi lagu kebangsaan secara utuh dapat mengenalkan kita terhadap Indonesia secara utuh dan meningkatkan nasionalisme, serta dapat menentukan sikap sebagai warga Indonesia dalam menghormati negaranya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy dalam Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2016 yang lalu mengatakan, lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan pada setiap upacara bendera di sekolah-sekolah yang sudah mentradisi merupakan cerminan merawat sejarah Indonesia.
Sementara itu, Sejarawan Gunawan Wiradi yang juga hadir dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda dengan tajuk “Merayakan Indonesia Raya, 88 Tahun Lagu Kebangsaan” menjelaskan tentang sejarah “Indonesia Raya” yang dibuat dalam tiga stanza. Menurutnya, saat ini hampir tidak ada lagu “Indonesia Raya” yang diperdengarkan atau dinyanyikan dengan ketiga stanza yang ada. Padahal, jika hal itu dilakukan, terkandung landasan filosofi yang mendalam.
“Oleh karena itu sebaiknya kita menyanyikan lengkap (tiga stanza). Memang terlalu panjang. Tapi (itulah caranya) kalau kita ingin menghayati dan menghormati lambang bangsa kita,” ungkapnya. (*)