Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jelang Tahun Politik 2018 dan 2019, Elektabilitas PDIP Kian Meningkat

Djayadi mengatakan bahwa survei nasional telah dilakukan pada 7-13 Desember 2017, dengan melibatkan sekitar 1.220 responden.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Jelang Tahun Politik 2018 dan 2019, Elektabilitas PDIP Kian Meningkat
Priyombodo
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bila tidak ada peristiwa besar dalam satu setengah tahun ke depan, misalnya skandal korupsi, krisis ekonomi, dan skandal moral, kemungkinan besar PDIP akan memperoleh suara jauh lebih besar pada Pemilu 2019 dibandingkan hasil Pemilu 2014.

Pernyataan ini disampaikan Direktur Utama Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan, dalam presentasi survei nasional SMRC, di Jakarta, Selasa (2/1/2018).

Djayadi mengatakan bahwa survei nasional telah dilakukan pada 7-13 Desember 2017, dengan melibatkan sekitar 1.220 responden.

Baca: Jennifer Dunn Terlihat Semringah dan Sering Tertawa Saat Digelandang ke Kantor Polisi

"Sampel ditarik secara multistage random sampling, dengan Margin of Errornya mencapai 3,1 persen," ujar Djayadi, Selasa (2/1/2018).

Bila dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilihan Legislatif 2014, Djayadi menilai PDIP adalah satu-satunya partai politik yang menunjukkan peningkatan dukungan suara signifikan.

Berita Rekomendasi

"Pada Pileg 2014, kaya Djayadi, PDIP memperoleh suara sebesar 18,95 persen, sementara menurut Survei SMRC Desember 2017, dukungan pada PDIP telah mencapai angka 27,6 persen," tambahnya.

Empat partai politik besar lainnya justru mengalami penurunan atau cenderung stabil berdasarkan survei SMRC.

1. Golkar yang memperoleh 14,75 persen (Pileg 2014) turun menjadi 12,1 persen (survei SMRC)

2. Gerindra 11,81 persen (Pileg 2014) menjadi 8,9 persen (Survei SMRC)

3. Demokrat 10,19 persen (Pileg 2014) menjadi 7,7 persen (survei SMRC)

4. PKB 9,04 persen (Pileg 2014) menjadi 6,3 persen (survei SMRC)

Ia menjelaskan bahwa kecenderungan ini menunjukkan banyak pemilih yang berpindah pilihan ke partai politik lain dibandingkan pada Pileg 2014.

Swing voter paling banyak ditemukan di kalangan pemilih Partai Demokrat (51 persen), diikuti oleh PAN (50 persen), PPP dan Hanura (masing-masing 47 persen), Gerindra (45 persen), dan Golkar (38 persen). Adapun partai yang paling sedikit swing voter-nya adalah PKS (20 persen) dan PDIP (23 persen).

"Fakta ini menunjukkan kesetiaan warna pada partai politik di indonesia cenderung lemah," ujar Djayadi.

"Dapat dikatakan, pemilih Indonesia terbuka dan menuntut partai bekerja lebih keras untuk meyakinkan mereka," lanjutnya.

Dengan pola semacam ini, urai Djayadi, terbuka kemungkinan partai-partai yang lolos ke Senayan pada 2014 sekarang menjadi tidak lolos lagi, atau sebaliknya, lolos dengan perolehan suara lebih baik pada Pemilu 2019 nanti.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas