Kisah Tragis Penjual Sayur, Wajah Hilang dan Membusuk Karena Terkena Kanker Kulit
Meski wajah dan badan ditutup selimut, bau daging membusuk tercium samar-samar di rumah berdinding tembok bercat biru itu.
Editor: Hasanudin Aco
"Bapak menderita sakit seperti ini sejak empat tahun lalu. Bapak sudah berobat dengan berbagai cara namun belum sembuh," ujar Kuninda (29), anak sulung Jemadi saat ditemui Kompas.com di kediaman Jemadi, Jumat (19/1/2018).
Kuninda tak bisa bercerita banyak tentang kondisi dan awal mula bapaknya terserang penyakit kanker hingga menggerogoti seluruh wajah Jemadi. Kuninda tersibuk dengan anaknya yang terus menangis karena sakit panas tinggi.
Tak berapa lama kemudian, Kuninda memanggil Parti (55), kakak kandung Jemadi yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
Menurut Parti, kisah tragis yang menimpa Jemadi terjadi saat adiknya itu masih berjualan sayur di Jakarta empat tahun yang lalu.
Saat itu muncul semacam jerawat di sisi kanan hidungnya.
Tak lama kemudian, benjolan kecil itu pecah karena terkena kuku tangan hingga mengakibatkan hidungnya mengeluarkan banyak darah.
Parti mengatakan saat itu Jemadi sempat dilarikan ke rumah sakit di Indramayu.
Saat itu, dokter memberitahukan Jemadi terkena kanker kulit. Namun saat ditawarkan operasi, Jemadi menolaknya.
Kanker kulit yang dibiarkan kian hari makin membesar hingga akhirnya menggerogoti bagian hidungnya.
Meski hidungnya menghilang, Jemadi masih berjualan di Jakarta untuk menghidupi keluarganya.
Namun hal itu tidak berlangsung lama. Kondisi kesehatannya yang makin memburuk membuat Jemadi memilih pulang kampung halaman untuk tinggal bersama Kuninda, anak sulungnya.
Jemadi dan keluarga pasrah
Kondisi kesehatan Jemadi terus menurun setelah Peni, istrinya meninggal karena sakit ginjal.
Keluarga akhirnya memutuskan membawa Jemadi ke RSUD Dr Harjono untuk mendapat perawatan.