Polri Tak Akan Ikut Campur Malaysia, Terkait Penangkapan WNI Diduga ISIS
Setyo menegaskan pihaknya tak akan ikut campur lantaran itu adalah kewenangan dari polisi Malaysia.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto, mengatakan Mabes Polri tak akan ikut campur dalam proses hukum seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang dilakukan Kepolisian Diraja Malaysia (PDRM).
Diketahui, seorang WNI ditangkap PDRM lantaran diduga terkait dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Setyo menegaskan pihaknya tak akan ikut campur lantaran itu adalah kewenangan dari polisi Malaysia.
Baca: Siswa SMP Tewas Usai Bersetubuh dengan Pacar, Ini Fakta-faktanya
"Itu kewenangan Malaysia. Kami tidak ikut campur. Sama seperti warga negara Malaysia di Indo terlibat ISIS, kami tangkap," ujar Setyo di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (22/1/2017).
Meski begitu, ia mengatakan Polri akan tetap berkoordinasi dengan PDRM. Hal itu lantaran adanya isu bahwa WNI tersebut merencanakan aksi serangan di Malaysia dan Indonesia.
"Pasti kami koordinasi dengan polisi Malaysia. Untuk tukar informasi," katanya lagi kepada awak media.
Namun, Setyo menampik jika Polri akan mendampingi WNI tersebut. Ia mengatakan pendampingan hukum akan dilakukan oleh Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Menurutnya, Kemenlu akan mendampingi sekaligus mengerikan informasi dan keterangan terkait alasan dan sebab WNI itu ditangkap.
"(Pendampingan) Nanti dari Direktorat Perlindungan WNI. Paling tidak (Direktorat Perlindungan WNI) mengunjungi yang bersangkutan, (menanyakan) 'Kenapa kamu ditangkap?' dan sebagainya," pungkasnya.
Sebelumnya, PDRM menangkap dua pria, dimana salah satunya adalah WNI yang bekerja sebagai pekerja konstruksi, yang diduga terkait dengan ISIS.
Ditangkap di Kuala Lumpur, Rabu (17/1), WNI itu dicurigai berencana mencuri senjata dari markas Kepolisian Nasional Malaysia, juga dari kantor-kantor polisi setempat untuk digunakan dalam serangan di Malaysia dan Indonesia.
Selain itu, ia disebut pernah mengibarkan bendera ISIS di lokasi proyek konstruksi tempatnya bekerja, demi menunjukkan ISIS masih aktif di Malaysia.