PPP, Nasdem, PKS, PAN dan Partai Hanura Terancam Tidak Dapat Kursi di DPR
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menilai ada lima partai yang terancam tidak dapat memenuhi parliamentary threshold (PT) di Pemilihan Umum 2019.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menilai ada lima partai yang terancam tidak dapat memenuhi parliamentary threshold (PT) di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
Lima partai itu, yaitu PPP, Nasdem, PKS, PAN, dan Partai Hanura.
Berdasarkan hasil survei pada Januari 2018, elektabilitas partai itu sama atau di bawah 4 persen.
Nasdem berada di 4,2 persen, PKS di 3,8 persen, PPP di 3,5 persen, PAN di 2,0 persen, dan Hanura di 0,7 persen.
"PPP, Nasdem, PKS, Hanura, perolehan suara di bawah 4 persen PT di 2019. Hanura terpuruk 0,7 persen," tutur Rully Akbar, peneliti LSI, kepada wartawan, Rabu (24/1/2018).
Dia menjelaskan, elektabilitas Partai Hanura mengalami penurunan karena konflik di internal.
Sempat ada dua kubu di partai itu, yaitu kubu Daryatmo dan Oesman Sapta Odang.
"Ada konflik internal Hanura. Survei ketika Hanura konflik. Walaupun kemarin islah, OSO tetap ketua umum, masih ada isu perpecahan. Berpotensi memperburuk (hasil survei,-red) isu perpecahan," kata dia.
Untuk meningkatkan elektabilitas, menurut dia PAN dan Partai Hanura harus memunculkan isu baru.
Selain itu, sebagai upaya mendongkrak suara maka diperlukan sosok yang diasosiasikan dengan partai.
"PAN dan Hanura jika ingin masuk harus memunculkan isu fresh dan menarik ada figur diasosiasikan dan kuat supaya tidak terlempar dari parlemen," tambahnya.
Baca: Plt Sekda Jambi Yakin Zumi Zola Seminggu Lagi Menyusul Jadi Tersangka
Ketum PPP Romahurmuziy tetap optimistis partainya mendapat perolehan suara yang bisa menembus parliamentary threshold.
Sebab, merujuk pada hasil survei, Romi menyebut masih ada responden yang belum menjatuhkan pilihan.
"Kedua, kita lihat bahwa di setiap survei masih ada yang belum memutuskan berapa banyak yang belum memutuskan, itulah nanti yang merupakan penyeimbang perolehan suara sesungguhnya," ujarnya.
Romi juga menuturkan strategi partainya untuk merebut suara. Sejumlah figur, seperti tokoh masyarakat, akan digandeng terkait pemilu legislatif.
"Ketiga bahwa struktur serta figur PPP di setiap daerah akan digerakkan secara simultan untuk memenangkan secara bersama. Elemen kader maupun elemen nonkader yang akan kita rekrut di dalam pencalegan yang akan datang," tutur dia.
PDIP, Golkar, Gerindra Papan Atas
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra akan bersaing di papan atas perolehan suara di Pemilu 2019.
Prediksi ini berkaca dari hasil survei yang dikeluarkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
Berdasarkan hasil survei LSI, Partai Golkar mengalami lonjakan peningkatan pada periode Januari 2018.
Pada periode itu partai berlambang pohon beringin itu mencapai 15,5 persen atau mengalami kenaikan dibandingkan Desember 2017 yang hanya 13,8 persen.
Kenaikan 1,7 persen itu membuat Partai Golkar menempati posisi kedua hasil survei berada di bawah PDI Perjuangan.
Baca: Kecelakaan Kereta Tobu Tojo Jepang Dipastikan akibat Keretakan Besi Kerangka Roda Pembawa Gerbong
Saat ini, partai berlambang banteng hitam itu berada di posisi teratas dari 14 partai setelah mencatat 22,2 persen.
Berkaca dari hasil survei, elektabilitas PDI P dan Partai Golkar melampaui hasil di Pemilu 2014.
PDIP mencatat sebesar 18,95 persen, sedangkan Partai Golkar 14,75 persen.
Sementara itu, Partai Gerindra mencatat 11,4 persen atau mengalami kenaikan 0,2 persen dibandingkan hasil survei satu bulan sebelumnya.
Namun, nilai 11,4 persen itu masih di bawah perolehan di pemilihan legislatif 2014 yang mencapai 11,81 persen.
"Dua partai elektabilitas di atas 2014. PDI P dan Partai Golkar perolehan di atas pemilihan legislatif 2014. (Partai,-red) yang lain stagnan," tutur Rully Akbar.
Selama 2014 sampai Januari 2018, kata dia, elektabilitas partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu mengalami penurunan.
Penurunan itu berbanding lurus dengan meningkatnya Partai Golkar. Dia menjelaskan, pemilih PDI P memindahkan pilihan kepada Partai Golkar.
Hal ini terutama setelah terjadi pergantian dari Setya Novanto kepada Airlangga Hartarto.
"Segmen pemilih sama-sama wong cilik. Yang tadi sempat kecewa terhadap Setya Novanto balik lagi ke kandang Golkar," kata dia.
Setelah PDI P dan Partai Golkar, kata dia, Partai Gerindra berpotensi menempati posisi ketiga. Ketiga partai tersebut berpeluang meraih perolehan di atas 10 persen.
"Tiga partai papan atas, PDI P, Partai Golkar, Partai Gerindra. Perolehan di atas 10 persen. Partai papan atas elektabilitas 10 persen. Tiga partai berkonstestasi suara di legislatif. The big 3. PDI P, Golkar, dan Gerindra," katanya.
Survei nasional ini adalah survei nasional reguler LSI Denny JA.
Responden sebanyak 1200 dipilih berdasarkan multi stage random sampling.
Wawancara tatap muka dengan responden dilakukan serentak di 34 provinsi dari tanggal 7 sampai tanggal 14 Januari 2018.
Baca: Suap Bakamla Disebut untuk Danai Munas Tapi Golkar Membantahnya
Survei ini dibiayai sendiri sebagai bagian layanan publik Denny JA. Margin of error plus minus 2.9 persen.
Survei dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, media analisis, dan depth interview narasumber.
Berikut hasil survei pada Januari 2018:
PDI P 22,2 persen
Gerindra 11,4 persen
Golkar 15,5 persen
PKB 6,0 persen
Demokrat 6,2 persen
PPP 3,5 persen
Nasdem 4,2 persen
Perindo 3,0 persen
PKS 3,8 persen
PAN 2,0 persen
Hanura 0,7 persen
PBB 0,3 persen
PKPI 0,2 persen
PSI 0,3 persen
PD dan PKB Berlomba
PKB dan Partai Demokrat (PD) diprediksi akan bersaing di papan tengah Pemilu Legislatif 2019 nanti.
Elektabilitas keduanya bakal terdongkrak bila mampu menjadikan figur sentral masing-masing sebagai calon wakil presiden untuk capres Joko Widodo (Jokowi).
Dari 14 partai yang disurvei, Partai Demokrat berada di urutan ke-4 dengan raihan 6,2%. PKB berada di urutan ke-5 dengan raihan 6,0%.
"PKB dan Demokrat menjadi partai penentu, salah satu penopang partai tiga teratas untuk pencapresan," kata Rully.
Dikatakannya berdasarkan survei, elektabilitas Partai Demokrat dan PKB saling salip-menyalip sejak Agustus 2017.
Pada Agustus 2017, PKB mendapat 8,8 persen dan Demokrat mensapat 6,5 persen.
Desember 2017, Demokrat menyalip dengan raihan 5,8 persen dan PKB mendapat 5,5 persen. Pada Januari 2018 ini tersurvei Demokrat mendapat 6,2 persen dan PKB mendapat 6,0 persen.
"PKB diuntungkan dari isu Islam yang sedang seksi," kata Rully.
Menurutnya, isu yang menarik pemilih Islam sudah panas sejak Pilgub DKI 2017, dan gaungnya bisa sampai ke seantero negara.
Adapun PKB adalah partai yang punya basis massa Islam khususnya NU.
Di sisi lain, Demokrat punya daya tarik sendiri yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai putra Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kini sudah diisukan menjadi cawapres.
Tentu AHY juga akan bersaing dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang juga diisukan maju menjadi cawapres pendamping Jokowi.
"Maka dua orang ini (AHY dan Cak Imin) sama-sama menjadi penopang elektabilitas partai," kara Rully. (Tribun Network/glery lazuardi/wly)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.