UGM Jawaranya Kalahkan Unair Surabaya Dalam Final Debat Politik Mahasiswa 2018 se-Indonesia
Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta menjadi juara pertama dalam acara Debat Politik Mahasiswa 2018. Di final, tim UGM
Penulis: FX Ismanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta menjadi juara pertama dalam acara Debat Politik Mahasiswa 2018. Di final, tim UGM yang terdiri dari Jovi Andrea Bachtiar (Fakultas Hukum), Faiz abdullah wafi (Fakultas Filsafat) dan Fahrel Yusri Rahmat (Fakultas Hukum) mengalahkan tim Universitas Air Langga (Unair) Surabaya.
Jovi Andrea Bachtiar perwakilan tim UGM, yang sekaligus juga menyabet Best Speaker merasa bangga bisa membawa almamaternya memenangkan kompetisi Depat Politik tersebut.
"Saya berharap argumen-argumen dalam Debat Politik Identitas ini bisa menyumbangkan pemikiran-pemikiran kepada mahasiswa, kampus serta masyarakat," kata Jovi A. Bachtiar saat ditemui di Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dan lanjut Jovi, persiapan tim UGM menghadapi Debat Politik Identitas tergolong singkat. "Persiapan hanya sekitar seminggu untuk mengikuti debat politik, " jelas Jovi penuh semangat.
Sementara Liber Simbolon, anggota dewan juri dalam Debat Politik dengan tema "Politik Identitas dalam Kebhinekaan" mengatakan sangat menikmati perdebatan sepanjang final. "Sungguh ini membangun khasanah. Debat atau diskusi bukanlah perseteruan bahkan pertengkaran namun menunjukkan kedalam edukasi," ujar Liber Simbolon.
Meski demikian, Liber Simbolon memberikan catatan terhadap peserta khususnya peserta Debat Politik tidak konsisten dalam penyebutan UUD tahun 1945 dan bingkai politik identitas maupun identitas politik itu sendiri.
"Komunikasi antar debat terdiri atas tiga komponen, yaitu: apa yang kita bisa melihat 40 %, apa yang kita bisa dengar (logat, intonasi dan lain-lain) 40 % dan akhirnya apa yang secara harfiah dikatakan, hanya 20 % dan menjadi penilaian dewan juri," ujar Liber Simbolon.
Setelah melewati tiga babak, yaitu argumen pembuka, bidasan (saling berdebat), dan pernyataan kesimpulan menunjukkan kontinuitas ke indonesiaan.
Politik identitas, kata Liber Simbolon bagaimana mengembangkan dunia politik dalam ke bhinekaan, semisal, mengapa 100 persen Indonesia 100 persen Bhineka Tunggal Ika (antara lain suku Aceh, Ambon, Batak, Dayak, Jawa, Melayu, Maluku, Sunda, Papua, dan suku-suku lainnya).
Liber Simbolon menjelaskan bentuk menjadi Indonesia harus 100 % jawa, batak, sunda, dayak, ambon dan lainnya, maka dengan menghayati 100 % budayanya kita akan 100 % Indonesia, sebab indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan bahasa. Tidak ada yang bisa menghayati yang besar bila terlebih dahulu tidak mencintai dirinya sendiri dan asal usulnya. "100 persen Indonesia 100 persen bhineka tunggal ika. Kita hidup sebagai orang/suku kita sendiri di Indonesia dan bukan sebaliknya," ujar Liber Simbolon.
Debat politik tingkat nasional mengangkat tema "Politik Identitas Dalam Kebhinekaan" pada tanggal 29 - 31 Januari 2018 lalu, berlangsung di Universitas Kristen Indonesia Jakarta, terdiri 28 tim dari berbagai kampus se-Indonesia dan tiap kelompok 3 orang. Sementara juara ke-3 dimenangkan oleh Tim President University dengan mengalahkan Universitas Widyitama Bandung.