Penjelasan Polisi atas Isu Penyerangan Ustaz di Bekasi, Ternyata . . .
"Jadi tidak ada penyerangan. Pelaku datang ke masjid-masjid guna meminta uang. Uang ini biasanya untuk ongkos jalan atau main game,"
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Kapolsek Tambun Kompol Rahmat Sudjatmiko membantah ada penyerangan terhadap ulama di Bekasi,Ustaz H M Ridwan Syakir, di rumahnya, kawasan Tambun Utara pada Rabu (21/2/2018) pagi.
Menurut Rahmat, kejadian itu bukan penyerangan ataupun bentuk teror. Ia menyampaikan, kedua pelaku memang kerap berpindah dari satu masjid ke masjid lain untuk meminta uang.
"Jadi tidak ada penyerangan. Pelaku datang ke masjid-masjid guna meminta uang. Uang ini biasanya untuk ongkos jalan atau main game," ucap Sudjatmiko saat dihubungi Rabu, (21/2/2018) malam.
Baca: Pengacara Bupati Rita Permasalahkan Kata Melalui di Surat Dakwaan Jaksa
Tonton juga:
Sudjatmiko menanggapi beredarnya informasi di media sosial terkait peristiwa yang menimpa ustaz tersebut.
Dalam informasi yang beredar di media sosial, ustaz itu diboyong dua pelaku keluar rumahnya.
Informasi ini menyertakan kalimat mengenai bahaya Partai Komunis Indonesia (PKI). Berdasarkan informasi itu, sang ustaz yang sedang sakit tersebut kedatangan tamu tak dikenal.
Kemudian, tamu itu membawanya paksa keluar rumah. Namun, karena teriakan sang istri, tetangga berdatangan dan pelaku dihajar para tetangga.
Selain itu, berdasarkan informasi yang beredar di medsos itu, ditemukan celurit dan golok dalam tas kedua pelaku.
Informasi itu juga menyebutkan adanya nama-nama ustaz yang menjadi sasaran dalam tas pelaku.
Sementara itu, menurut Sudjatmiko, pelaku terdiri dari dua orang, yakni seorang berusia 30 tahun, sedangkan seorang lainnya berusia 17 tahun.
Keduanya datang ke rumah Ustaz Ridwan dan meminta dana dengan mengajukan proposal.
"Namun Ustaz Ridwan menolak. Sebab, ketika itu ustaz sedang tidak enak badan," ucap Sudjatmiko.