Anggota DPR Menilai Prestasi Mentan Tertutup oleh Kurang Baiknya Kinerja Bulog
Anggota Komisi IV DPR Ono Surono menganggap, kinerja Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman selama ini sudah cukup moncer.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR Ono Surono menganggap, kinerja Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman selama ini sudah cukup moncer.
Di tangan Amran, produksi pertanian meningkatkan. Sayangnya, prestasi itu tidak terlihat lantaran hasil produksi petani tidak diserap baik oleh Bulog.
Ono melihat, selama ini Bulog terkesan ogah-ogahan dalam menyerap gabah petani yang sekarang sedang panen raya.
Padahal, penyerapan itu sangat penting untuk memperkuat cadangan beras Pemerintah yang masih tipis. Akibat sikap Bulog itu, stok beras nasional dianggap tipis, dan harga pun terus bergejolak.
"Dengan situasi saat anggaran pertanian sudah jauh lebih meningkat dan kinerja Menteri Pertanian yang sudah bagus, yaitu Beliau memaksimalkan dari sisi produksi sehingga setiap tahun terus meningkat. Juga pembukaan lahan baru. Tapi, masalah yang timbul (kenaikan harga pangan) kenapa selalu berulang? Ini pasti ada yang salah dari sisi distribusi dan penyerapan," kata politisi PDIP ini ketika dikonfirmasi, Minggu (11/3/2018).
Hasil pemantauannya di lapangan , Ono menemukan cukup banyak masalah. Salah satunya terkait harga gabah yang kini sudah mulai turun, tetapi harga beras tetap tinggi.
"Di beberapa lokasi, termasuk dapil saya, itu sudah mulai panen. Tetapi, di sisi lain, tidak terjadi penurunan signifikan terhadap harga beras," katanya.
Dengan produksi padi yang melimpah, dia merasa wajar jika ada penurunan harga. Asal jangan penurunan itu terlalu dalam, karena bisa merugikan petani.
Dan yang juga penting, gabah dari petani itu harus cepat didistribusikan ke pasar agar mampu menekan harga beras. Sayangnya, semua itu tidak terjadi dengan baik.
Ono mengakui, Bulog sudah beberapa kali melakukan operasi pasar. Namun, operasi pasar itu tidak efektif menurunkan harga karena tidak dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Yang Ono lihat, operasi pasar hanya sikap reaktif dalam menyikapi harga. "Operasi pasarnya tidak menyeluruh, tidak kontinyu."
Dia paham, operasi pasar itu tersendat karena stok beras di gudang Bulog menipis. Tapi, itu bukan salah kementan . Sebab, produksi dari petani sudah bagus. Yang justru terjadi, Bulognya ogah-ogahan menyerap gabah petani.
Bulog selalu beralasan tidak bisa membeli karena harganya di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 3.700 per kilogram . Padahal, Pemerintah sudah memberi fleksibilitas sebesar 20 persen, sehingga Bulog bisa membeli gabah petani sampaj Rp 4.400 per kilogram.
Atas hal itu, dia meminta Bulog segera memperbaiki kinerja. Jika Bulog sungguh-sungguh, dia yakin, penugasan Pemerintah untuk menyerap gabah sebanyak 4,4 juta ton sampai Juni nanti bisa tercapai. Sebab, gabah di petani melimpah. Hanya tinggal keseriusan Bulog.
Diapresiasi FAO
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.