Istilah Uang Syukuran Terungkap Dalam Sidang Kasus Suap Bupati Nganjuk
Selain itu, dia juga mengenal uang syukuran sebagai istilah uang suap untuk bupati agar pegawai bisa menduduki jabatan.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Samsul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Bupati Nganjuk nonaktif Taufiqurrahman, kembali duduk di kursi pesakitan pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya.
Kali ini, ia menjalani sidang dengan agenda keterangan saksi, Jumat (16/3/2018).
Saksi yang dihadirkan antara lain Harjanto, mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup; Wisnu Anang Prabowo, Kabid Dinas Lingkungan Hidup; Arif Andrianto.
Baca: Ketika Saksi Kasus Bom Thamrin Menganggap Ilmu Aman Abdurrahman Lebih Tinggi Dibanding Baasyir
Kemudian Rekanan CV Bintang Jaya; Agus Plt Sekda Kabupaten Nganjuk; dan Sumadi, Kasi Dinas Lingkungan Hidup.
Agus mengungkapkan, proses lelang jabatan untuk jabatan tertentu terlebih dahulu melalui proses assessment oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Nganjuk dan badan pertimbangan jabatan dan kepangkatan (Baperjakat).
Baca: KPK Umumkan Calon Gubernur Maluku Utara Jadi Tersangka Kasus Korupsi Lahan Bandara
Agus yang juga menjabat sebagai Kepala Baperjakat lalu mengusulkan nama-nama calon pejabat yang lulus assessment kepada Bupati Taufiq.
“Bahkan ada nama-nama yang tidak ikut lelang jabatan tetapi tiba-tiba menduduki jabatan, seperti Pak Ibnu Hajar,” ungkapnya kepada majelis hakim.
Selain itu, dia juga mengenal uang syukuran sebagai istilah uang suap untuk bupati agar pegawai bisa menduduki jabatan.
Baca: Sebelum KPK Turun Tangan, Calon Gubernur Maluku Utara Sempat Jadi Tersangka di Kepolisian
Untuk jabatan Kasi berkisar Rp 20-30 juta sedangkan untuk Kadis berkisar Rp 50-100 juta.
Wisnu yang menjabat sebagai Kabid di DLH membenarkan perihal uang syukuran tersebut.
Kuasa hukum Taufiq, Soesilo Aribowo menyebutkan, kliennya tidak pernah meminta uang sebagai syarat promosi jabatan.