#DengarYangMuda Seri Ketujuh, Pelepasan Dua Perempuan Indonesia yang Hendak Taklukkan Everest
Pendakian ini akan menempatkan keduanya sebagai perempuan Indonesia pertama yang berhasil menaklukkan 7 gunung tertinggi di 7 benua berbeda.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rangkaian acara #DengarYangMuda seri ke-7 kembali diadakan di Ibu Kota setelah sebelumnya telah diadakan di Bandung, Palembang, dan juga Jakarta dengan tema dan kegiatan yang berbeda.
Kali ini, acara tersebut dihelat dalam bentuk talkshow Bersama Fransiska D Inkiriwang dan Mathilda D. Lestari dari The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU) bertema 'Perempuan Indonesia di Puncak Dunia'.
Acara dihelat di Aula Gedung III, Kompleks Sekretariat Negara, Kamis (29/3/2018).
Rangkaian acara yang digagas oleh Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono berkolaborasi dengan Mahitala Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) kali ini dimaksudkan sebagai pelepasan Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari dari WISSEMU yang akan melakukan pendakian Gunung Everest pada bulan Maret-Juni 2018.
Adapun WISSEMU merupakan tim khusus perempuan yang menjadi bagian dari Mahitala Unpar dan bertujuan menaklukkan seven summits atau 7 puncak tertinggi di 7 benua berbeda.
Pendakian ini akan menempatkan keduanya sebagai perempuan Indonesia pertama yang berhasil menaklukkan 7 gunung tertinggi di 7 benua berbeda.
Sebelumnya, WISSEMU sendiri telah berhasil mendaki 6 puncak tertinggi di 6 benua berbeda, yakni Puncak Jaya atau Cartensz Pyramid di Oseania, Elbrus di Eropa, Kilimanjaro di Afrika, Aconcagua di Amerika Selatan, Denali di Amerika Utara, dan Vinson Massif di Antartika.
Mencapai puncak ketujuhnya menjadi impian bagi setiap pendaki.
Dalam sambutannya Diaz Hendropriyono memberi apresiasi pada apa yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan oleh WISSEMU mempertimbangkan tantangan yang dihadapi.
Ia memberi contoh, WISSEMU akan menghadapi suhu di puncak Everest dapat turun hingga -60 derajat celcius dengan angin yang mencapai lebih dari 300 km/jam;
"Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo menyambut baik kegiatan ini dan ingin menghadirinya, tetapi sayangnya berhalangan akibat agenda kunjungan kerja. Namun, Presiden Jokowi mendoakan WISSEMU berhasil mencapai cita-cita dan memenuhi mimpinya," kata Diaz.
Lebih lanjut, Diaz berharap WISSEMU dapat menjadi role model bagi generasi perempuan Indonesia berikutnya, seperti halnya Susi Susanti, Dewi Sartika, dan lainnya.
Diaz yakin atas apa yang telah maupun yang akan dilakukan WISSEMU, suatu hari nanti nama keduanya mungkin akan sejajar dengan nama-nama besar tersebut.
"Saya telah menghubungi Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok maupun KJRI Indonesia di Kathmandu, Nepal, terkait perjalanan WISSEMU. Harus diingat bahwa tingkat keberhasilan pendakian Everest hanya 29,44%, tetapi saya yakin nama kalian termasuk dalam 29,44% tersebut. Nama kalian telah mengharumkan nama Indonesia di panggung internasional," ujar Diaz.
Adapun Rektor Unpar, Mangadar Situmorang mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Presiden Joko Widodo yang melalui Staf Khusus Presiden Diaz Hendropriyono telah memfasilitasi WISSEMU, termasuk kegiatan ini.
"Semangat dan pendampingan dari para senior Mahitala Unpar tentunya menjadi dukungan penting bagi setiap pencapaian WISSEMU. Semoga pendakian yang ketujuh ini berhasil baik sehingga dapat mengharumkan nama bangsa dan negara," katanya.
Sedangkan, General Manager WISSEMU, Sebastian Prasetyo mengatakan pihaknya terinspirasi menaklukkan seven summits setelah menyaksikan pencapaian serupa berhasil dilakukan oleh orang Indonesia lainnya.
"Inspirasi selalu menular. Melalui apa yang kami lakukan, kami juga ingin menginspirasi lainnya," katanya.
Ujaran serupa juga disampaikan Fransiska Dimitri Inkiriwang yang menjadi narasumber dalam talkshow tersebut. Dia berujar, puncak Everest akan menjadi penutup rangkaian pendakian WISSEMU menaklukkan seven summits.
"Puncak Everest adalah puncak tertinggi di Asia maupun dunia dan menjadi penutup perjalanan kami menaklukkan seven summits. Kami memilih menggunakan rute utara yang melalui Tiongkok yang akan memakan waktu tempuh 57 hari. Tantangan terberat adalah tubuh untuk beradaptasi," katanya.