IDI Pecat Dokter Terawan, Metode Cuci Otak, Kesaksian Pasien, hingga Seruan #SaveDokterTerawan
Dokter Terawan mulai terkenal lantaran praktek terapi cuci otak dalam penyembuhan penyakit stroke.
Editor: Suut Amdani
TRIBUNNEWS.COM - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memberikan sanksi kepada dokter Terawan Agus Putranto berupa pemecatan selama 12 bulan dari keanggotaan IDI sejak 26 Februari 2018-25 Februari 2019.
Keputusan IDI tersebut diambil setelah sidang Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) PB IDI yang menilai Dokter Terawan melakukan pelanggaran etika kedokteran.
"Bobot pelanggaran Dokter Terawan adalah berat, serious ethical missconduct. Pelanggaran etik serius," kata Prio Sidipratomo, Ketua MKEK IDI dalam surat PB IDI yang ditujukan kepada Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Seluruh Indonesia (PDSRI) tertanggal 23 Maret 2018 yang dikutip Kontan.co.id Senin (2/4/2018).
Dalam surat tersebut, IDI juga turut mencabut izin praktek Dokter Terawan, ditambah himbauan kepada pengurus IDI daerah maupun PDSRI untuk menaati putusan MKEK tersebut.
Terawan merupakan dokter militer yang juga menjabat sebagai Kepala RSPAD Gatot Subroto yang juga pernah menerima penghargaan Bintang Mahaputera Naraya.
Terapi Cuci Otak
Metode 'cuci otak' yang diterapkan dokter Terawan bagi penderita stroke menjadi masalah dan membuat IDI meradang sampai memecatnya.
Masalah jadi berlarut-larut lantaran Kepala RSPAD dan anggota tim dokter Presiden itu enggan menanggapi undangan pemeriksaan terhadap praktik 'cuci otak' itu ke rekan sejawatnya di IDI.
Dari informasi yang didapat, IDI menilai penerima Bintang Mahaputera Naraya itu tidak terbuka dan selalu tak mau memberikan penjelasan di forum ilmiah kepada sesama sejawat kedokteran.
Padahal ada kecemasan akan keamanan dan risiko terapi itu bagi pasien.
Dokter Terawan menjelaskan metode 'cuci otak' itu secara ringkas sebenarnya adalah memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah melalui pangkal paha penderita stroke.
Ini dilakukan untuk melihat apakah ada penyumbatan pembuluh darah di area otak.
Penyumbatan dapat mengakibatkan aliran darah ke otak bisa macet.
Jika ini terjadi, saraf tubuh tidak bisa bekerja dengan baik.
Kondisi inilah yang terjadi pada pasien stroke.
Sumbatan itu lewat metode DSA kemudian dibersihkan sehingga pembuluh darah kembali bersih dan aliran darah pun normal kembali.
Bagaimana caranya membersihkan sumbatan? Ada pelbagai cara. Mulai dari pemasangan balon di jaringan otak (transcranial LED), yang kemudian dibantu terapi. Hasilnya diakui cukup bagus.
Selain itu, ada juga cara lain memasukkan cairan Heparin yang bisa memberi pengaruh pada pembuluh darah.
Cairan itu juga menimbulkan efek anti pembekuan darah di pembuluh darah.
"Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau diringankan oleh terapi “cuci otak” itu, jelas Terawan.
Buktinya, setelah menerapkan metode DSA itu nama dr Terawan dan RSPAD pun melambung.
Pasien berbondong datang.
Terawan lalu menyediakan dua lantai ruangan di RSPAD khusus untuk menangani pasien stroke.
Nama ruangnya CVV (Cerebro Vascular Center).
Bagian ini setiap hari bisa menangani sekitar 35 pasien. Biayanya antara paling murah Rp 30 juta per pasien.
Tapi ada juga yang menyebut bisa Rp 100 juta per pasien.
Bahkan cukup banyak tokoh sudah mencoba metode DSA itu.
Seperti mantan Wapres Try Sutrisno, mantan kepala BIN Hendropriyono, tokoh pers Dahlan Iskan dan isteri serta sejumlah figur publik lainnya.
Pujian dan penghargaan berdatangan kepada Terawan. Yang paling tinggi memuji adalah mantan kepala BIN AM Hendropriyono.
Setelah memberikan plakat pemghargaan lewat Hendropriyono Strategic Consulting (HSC), pada 2015 lalu, Hendropriyono pernah bertekad akan memperjuangkan agar Terawan dengan metode modifikasi DSA- nya bisa mendapatkan hadiah nobel.
Banyak yang kagum, umumnya kalangan awam, tapi banyak juga yang kontra.
Paling keras menolakm adalah Prof DR dr Hasan Machfoed, ketua Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia (Perdossi).
Ia menilai ada salah kaprah dalam menerapkan metode “cuci otak” seperti yang dilakukan Terawan.
Seruan #SaveDokterTerawan
Ketua Dewan Pembina Partai Golkar menyerukan upaya penyelamatan terhadap Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto.
Metode 'cuci otak'nya dipersoalkan.
Padahal, kata Aburizal Bakries melalui akun instagramnya, metode itu telah menolong baik mencegah maupun mengobatan ribuan orang penderita stroke.
"Saya sendiri termasuk yang merasakan manfaatnya, juga Pak Tri Sutrisno, SBY, AM Hendropriyono, dan banyak tokoh/pejabat, juga masyarakat luas. Mudah menemukan testimoni orang yang tertolong oleh dr Terawan," tulis Aburizal Bakrie di akun Instagramnya, Selasa (3/4/2018) sekitar 5 jam lalu.
@aburizalbakrie.id: Ramai diberitakan kabar Kepala RSPAD Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto, diberhentikan oleh IDI dengan alasan etik.
Metode “cuci otak”nya dipermasalahkan, padahal dengan itu dia telah menolong baik mencegah maupun mengobati puluhan ribu orang penderita stroke.
Saya sendiri termasuk yang merasakan manfaatnya, juga Pak Tri Sutrisno, SBY, AM Hendropriyono, dan banyak tokoh/pejabat, juga masyarakat luas. Mudah menemukan testimoni orang yang tertolong oleh dr Terawan.
Inilah mengapa saya perlu ikut membela dia. Orang yang dengki terhadap keberhasilan orang lain, adalah orang yang tak pandai mensyukuri, bahwa Allah telah memberikan kelebihan pada siapapun yang dikehendakinya.
Mudah-mudahan KASAD sebagai atasannya dapat mengijinkan dr Terawan membela diri.
#SaveDokterTerawan
Status Aburizal Bakrie ini kemudian mendapat komentar sejumlah netizen (warganet).
Kesaksian Pasien
Menurut pengakuan Bambang Kuncoro, salah satu pasien dr Terawan, kepribadian dr yang pernah menyembuhkannya itu sangat luar biasa.
Pernah suatu hari saat ia sedang kontrol ke dr Terawan, tiba-tiba ada pasien seorang prajurit TNI yang menderita stroke.
"Waktu itu sudah malam. Semua perawatnya dan timnya sudah pulang. Mereka satu-persatu ditelepon agar segera ke rumah sakit karena ada pasien istri kopral sangat kritis. Padahal timnya sudah pulang. Jadi orientasinya dia adalah menyembuhkan pasien," tutur Bambang.
Dan yang paling membuat Bambang kagum adalah ketika dr Terawan sedang menderita sakit dan tangannya sedang diinfus.
Mendadak ada pasien kritis.
Tanpa basa-basi, infus yang ada di tangannya segera dicabut dan dr Terawan segera menolong sang pasien.
"Ini dokter yang kepribadiannya luar biasa. Dia tidak pernah mikirin dirinya sendiri," kenang Bambang.
Sejak sembuh dari stroke Bambang sempat dihubungi rekan-rekannya. Mereka kagum dengan penanganan di RSPAD.
"Hari itu juga ada 37 orang rekan saya mendaftarkan diri ingin berobat dan ditangani dr Terawan," ujarnya.
Saat ditanya soal keputusan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang menonaktifkan keanggotan dr Terawan, Bambang Kuncoro mengaku kaget.
"Saya ini kan lagi dalam perjalanan menuju ke Bandung naik bus. Begitu membaca berita di Wartakotalive.com soal pemecatan dr Terawan, saya langsung nangis tersedu-sedu, sampai saya malu sama penumpang lainnya," ujarnya.
Gara-gara itu, Bambang langsung turun di Cibubur, menarik nafas dan menghentikan tangisnya.
"Kenapa ya orang baik seperti dr Terawan harus dianiaya seperti itu. Kasihan dia," ungkapnya sambil telepon ke redaksi Wartakotalive.com.