Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Danarto dalam Cerpen Macan Lapar: Saya dan Pak Jokowi Terlempar.

SASTRAWAN Danarto telah pergi meninggalkan karya-karyanya yang elok. Karyanya yang terkenal di antaranya adalah kumpulan cerpen, Godlob.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Danarto dalam Cerpen Macan Lapar: Saya dan Pak Jokowi Terlempar.
ist
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, bersama kerabat almarhum Danarto, para seniman dan tetangganya ikut berdoa di depan jenazah saat masih berada di RS Fatmawati. Instagram/@aniesbaswedan 

TRIBUNNEWS.COM - SASTRAWAN Danarto telah pergi meninggalkan karya-karyanya yang elok. Karyanya yang terkenal di antaranya adalah kumpulan cerpen, Godlob.

Kumpulan cerpennya yang lain, Adam Ma’rifat, memenangkan Hadiah Sastra 1982 Dewan Kesenian Jakarta, dan Hadiah Buku Utama 1982. Tahun 2009 Danarto menerima Ahmad Bakrie Award untuk bidang kesusasteraan.

Danarto merupakan sastrawan dan pelukis terkemuka di Indonesia. Danarto dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1941 di Sragen, Jawa Tengah.

Ayahnya bernama Jakio Harjodinomo, seorang mandor pabrik gula. Ibunya bernama Siti Aminah, seorang pedagang batik di pasar.

Baca: Terkuak Usai Ujian Nasional, Siswi SMA Tangerang Jual Diri: Kehidupan Pribadi Saya Hancur

Setelah menamatkan pendidikannya di sekolah dasar (SD), ia melanjutkan pelajarannya ke sekolah menengah pertama (SMP).

Kemudian, ia meneruskan sekolahnya di sekolah menengah atas (SMA) bagian Sastra di Solo. Pada tahun 1958–1961 ia belajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta jurusan Seni Lukis.

Berita Rekomendasi

Pada tahun 1976 ia mengikuti lokakarya Internasional Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat, bersama pengarang dari 22 negara.

Ia memang berbakat dalam bidang seni. Pada tahun 1958—1962 ia membantu majalah anak-anak Si Kuncung yang menampilkan cerita anak sekolah dasar.

Ia menghiasi cerita itu dengan berbagai variasi gambar. Selain itu, ia juga membuat karya seni rupa, seperi relief, mozaik, patung, dan mural (lukisan dinding). Rumah pribadi, kantor, gedung, dan sebagainya banyak yang telah ditanganinya dengan karya seninya.

Pada tahun 1969—1974 ia bekerja sebagai tukang poster di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Pada tahun 1973 ia menjadi pengajar di Akademi Seni Rupa LPKJ (sekarang IKJ) Jakarta. Pada tahun 1979—1985 bekerja di majalah Zaman.
 

Danarto lebih gemar berkecimpung dalam dunia drama. Hal itu terbukti sejak tahun 1959—1964 ia masuk menjadi anggota Sanggar Bambu Yogyakarta, sebuah perhimpunan pelukis yang biasa mengadakan pameran seni lukis keliling, teater, pergelaran musik, dan tari.

Dalam pementasan drama yang dilakukan Rendra dan Arifin C. Noor, Danarto ikut berperan, terutama dalam rias dekorasi.

Pada tahun 1970 ia bergabung dengan misi Kesenian Indonesia dan pergi ke Expo 1970 di Osaka, Jepang. Pada tahun 1971 ia membantu penyelenggaraan Festival Fantastikue di Paris.
Ia juga melakukan kegiatan sastra di luar negeri.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas