Dokter Bimanesh Sebut Dokter Alia yang Bersemangat Memasukkan Setya Novanto ke RS
Ditemui usai persidangan di Pengadilan Tipikor, Senin (16/4/2018) kemarin, terdakwa dokter Bimanesh buka suara soal beragam hal.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ditemui usai persidangan di Pengadilan Tipikor, Senin (16/4/2018) kemarin, terdakwa dokter Bimanesh buka suara soal beragam hal.
Diantaranya menurut dokter Bimanesh, yang terbukti bersemangat untuk memasukkan Setya Novanto ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau adalah dokter Alia didukung oleh pimpinan rumah sakit, Prof Hafil.
"Ini bisa dilihat dari bukti-bukti, dokter Alia sibuk menghubungi pimpinan rumah sakit, Prof Hafil yang saat itu sedang berada di Australia. Lalu dokter Alia meminta saya datang ke rumah sakit," ucapnya.
Baca: Mau Tolong Teman, Polisi Dikeroyok Segerembolan Pemuda di Kampung Sejahtera, Senpi Sempat Hilang
Masih menurut dokter Bimanesh, dokter Alia menghubungi bagian Admission untuk memperoleh ruangan VIP dan dokter Alia sendiri yang menentukan kamar 323.
Dokter Alia juga melayani Fredrich Yunadi dan bersama Fredrich Yunadi melakukan survei kamar VIP yang akan digunakan oleh Setya Novanto dan saat itu Fredrich Yunadi mengatakan adanya rencana kecelakaan.
"Dokter Alia sibuk mencarikan empat perawat bagi Setya Novanto sesuai dengan keinginan Fredrich Yunadi. Dokter Alia menujuk perawat Indri yang menawarkan diri untuk bekerja merawat Setya Novanto malam itu. Meskipun harus membayar dengan uang pribadinya Rp 800 ribu. Suatu tarif di luar kewajaran, sebab dokter seperti saya saja honornya malam itu hanya Rp 250 ribu dari rumah sakit. Dokter Alia mengatakan ke perawat Indri, pokoknya pasien Setya Novanto harus masuk," tutur dokter Bimanesh.
Lanjut, menutur dokter Bimanesh, dengan pengetahuan bahwa akan ada rencana kecelakaan dokter Alia tetap menghubungi dokter Michael untuk menerima Setya Novanto sehingga terjadi perdebatan antara dokter Michael dengan dokter Alia.
"Untuk menutupi kesalahan individu, mereka menimpakan semua kesalahan ke saya dengan mengarang cerita, perawat Indri mengaku saya memerintahkan melakukan infus pura-pura, memerintahkan pembalutan dengan perban, membuang bukti surat rawat inap dan status pasien Setya Novanto. Saya tegaskan saya tidak pernah memerintah demikian," tuturnya.