Atas Agresi Militer ke Syria, Garda Suci Merah Putih dan Solidaritas Alumni HMI Demo Kedubes AS
Solidaritas Alumni HMI untuk rakyat Syria dan Garda Suci Merah Putih menggelar aksi protes di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat
Penulis: FX Ismanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Solidaritas Alumni HMI untuk rakyat Syria dan Garda Suci Merah Putih menggelar aksi protes di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Kamis (19/4/2018).
Mereka datang untuk melakukan protes atas agresi aliansi USA, Inggris, Perancis dan negara Arab ke Syria. Aksi diwarnai dengan membawa bendera Syria, Indonesia dan poster-poster anti serangan USA. Don't kill Syria, Don't Bomb Syria, USA-France-UK are villains of Humanity adalah sebagian bunyi poster yang mereka bawa. Mereka mengutuk agresi militer yang melanggar kedaulatan negara dan hukum internasional.
Dwi Kundoyo, koordinator aksi dalam orasinya mengutuk agresi militer yang melangar kedaulatan Syria dan hukum internasional. Pengeboman tentara sekutu ini menambah pedih rakyat Syria yang tujuh tahun lebih menanggung derita akibat perang dan teror yang dilakukan kelompok teroris, proxy Barat dan Saudi.
"Agresi ini sebenarnya membuka topeng wajah Barat yang selama ini menggunakan kelompok jihadis afiliasi Saudi untuk menghancurkan infrastruktur negara-negara Islam, seperti Libya, Irak dan Syria,” jelas Dwi disela lakukan demo.
Sementara Mujtahid Hashem, Sekjen Garda Suci Merah Putih mengungkapkan Indonesia sebagai pilar utama Gerakan Non Blok mestinya bicara keras mengutuk serangan USA, Inggris dan Perancis ke Syria. Bukan hanya protes, mestinya Indonesia memanggil Dubes USA, Inggris dan Perancis untuk menjelaskan alasan serangan tersebut disaat delegasi The Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) datang ke Syria untuk melakukan investigasi serangan kimia di Ghouta Timur.
"Jika hal ini tidak dilakukan pemerintah dan DPR, kemudian apa fungsi Deplu dan komisi I dalam merespond permasalahan internasional secara serius dan sikap Indonesia sepertinya bukan seperti bangsa yang berdaulat, sangat-sangat lemah,” tandas Mujtahid Hashem.
Mujtahid juga menambahkan bahwa mandat dari Dewan Keamanan PBB adalah melakukan investigasi siapa yang melakukan serangan kimia di Ghouta Timur, Syria. “Tuduhan tidak bisa dijadikan alasan serangan militer ke sebuah negara yang berdaulat. Lagi-lagi USA dan sekutunya melakukan kesalahan yang disengaja sebagaimana mereka lakukan di Afghanistan, Irak dan Libya,” tegasnya.
Dwi Kundoyo juga berharap media-media Indonesia untuk berhati-hati dan kritis dalam memberitakan dan meminta mereka mengirimkan wartawannya ke Syria sehingga bisa memberitakan secara akurat. "Bahkan hoax berangkat dari gedung putih yang dijadikan sumber berita ,” tandas Dwi.
Dalam aksinya, salah satu orator juga mengajak rakyat Indonesia untuk melakukan protes yang lebih besar atas agresi USA, Peancis, Inggris ke Syria. “Insya Allah Minggu ini kami akan kembali melakukan protest, ” pungkas Dwi.
Militer Amerika, Perancis dan Inggris atas tuduhan penggunaan senjata kimia menyerang Syria dengan ratusan rudal ke Syiria, 14 April 2018 lalu. Serangan ini melengkapi derita 7 tahun lebih perang di Syria yang mengakibatkan jutaan rakyat Syria mengungsi dan ratusan ribu rakyat Syria dan militer tewas.