Komisi VII DPR: Belum Adanya Reorganisasi di Pertamina Jadi Alasan Pencopotan Elia
"Rencana itu sudah beredar di beberapa minggu belakangan ini," ujar mantan Direktur Utama PT Bank Sumut itu kepada Tribunnews.com
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bukan hal yang mengejutkan, bagi Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu, Elia Massa Manik yang baru menjabat Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina selama 13 bulan, dicopot.
Menurut Politikus Gerindra ini, kabar pencopotan Elia Manik sudah beredar beberapa pekan belakangan ini.
"Rencana itu sudah beredar di beberapa minggu belakangan ini," ujar mantan Direktur Utama PT Bank Sumut itu kepada Tribunnews.com, Jumat (20/4/2018).
Baca: Melalui Koleksi Perhiasan Ini Bisa Dilihat Keindahan dan Kisah Kekayaan Perhiasan Tradisional
Pasaribu pun menyakini pencopotan Elia Manik bukan karena bocornya pipa minyak mentah Pertamina di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Pun tidak masalah kelangkaan premium yang menjadi sorotan masyarakat.
Dia menduga ada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) belum dikerjakan Elia Manik selama kurang setahun kepemimpinannya.
Sebagai pimpinan tertinggi perusahaan pelat merah Migas ini, sepatutnya Elia Manik tunduk dan menjalankan penuh amanah RUPS, khususnya terkait reorganisasi di tubuh Pertamina.
"Saya kira persoalan di komunikasi. Ada keputusan RUPS yang beliau belum jalankan, terkait reorganisasi di Pertamina," jelasnya.
Untuk sementara, Elia Manik digantikan Nicke Widyawati, sebagai Plt Direktur Utama Pertamina.
Ia berharap Nicke bisa segera berkonsilidasi untuk mensolidkan dewan direksi Pertamina yang selama ini dinilai kurang solid.
Karena menurutnya, Pertamina tidak mungkin bisa mencapai kinerja yang baik bila dewan direksinya tidak kompak.
"Saya yakin bu Nicke bisa merangkul semuanya yang ada di Pertamina," harapnya.
Selain Elia Manik, empat anggota direksi lainnya ikut diberhentikan. Mereka adalah Direktur Pengolahan, Direktur Mega Proyek, Direktur Aset, dan Direktur Pemasaran Korporat.
Elia Manik menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina pada 16 Maret 2017 itu. Pencopotan Elia tertuang dalam Surat Keputusan (SK) No 39 yang dikeluarkan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.
"Landasannya SK No 39. Kami sudah siap menjalankan holding migas. "Yang paling penting adalah meningkatkan pelayananan kepada masyarakat," kata Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno.
Selama Elia Manik menjabat Dirut Pertamina muncul beberapa isu kontroversial, di antaranya soal harga premium dan kelangkaan bahan bakar minyak tersebut. Presiden Joko Widodo menginginkan harga premium tetap Rp 6.500/liter.
Namun, Pertamina mengungkapkan perusahaa berpotensi rugi hingga Rp 3,9 triliun pada dua bulan awal 2018 akibat tidak menaikkan harga premium dan solar. Presiden Jokowi juga memerintahkan agar Pertamina menjaga pasukan premium.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ikut mengomentari mengenai potensi kerugian yang diungkap Pertamina.
Jonan menyebut pemerintah sudah memperhitungkan kesehatan keuangan Pertamina, di antaranya dengan memberikan hak pengelolaan beberapa blok migas kepada Pertamina.
"Pertama Blok Mahakam, itu tambahan pendapatan bersihnya saja setahun Rp 7 triliun-Rp 8 triliun. Lalu, dikasih lagi delapan blok, bisa tambah Rp 1 triliun - Rp 2 triliun, jadi setahun bisa dapat Rp 10 triliun. Itu dikasih selama 20 tahun," kata Jonan. (Malau)