Rizqon dan Putri Juara MTQ Nasional Tingkat SLTA
Rizqon mengaku belajar tilawah awalnya dari ayahnya yang berprofesi sebagai guru agama di Banjarmasin.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sabtu (21/4/2018), di Pondok Pesantren Pondok Pesantren Al-Hamid Cilangkap Jakarta Timur menjadi momen yang tak terlupakan oleh Mohammad Rizqon (17) dan Putri Diana (16).
Dua remaja yang masing-masing dari MAN 2 Banjarmasih Kalimantan Selatan dan Man 2 Sukabumi ini dinobatkan sebagai pemenang kategori putra dan putri MTQ Nasional tingkat SLTA yang diadakan Yayasan Wakaf Quran Indonesia (YWQI) bekerjasama dengan Kementerian Agama, Bank Sinarmas Syariah, RNI, CV Baina Alfeer dan Al Khoir Travel.
Bagi Rizqon dan Putri, ini adalah pengalaman pertama mendapatkan juara di tingkat nasional.
Keduanya pun mendapatkan sejumlan dana pembinaan dan trophy serta hadis umroh ke Tanah Suci mekkah.
Bagi Rizqon, ia sebenarnya pernah menjadi juara 3 MTQ internasional di Istanbul Turki pada 2017 lalu.
Namun pengalaman kali ini tetap special, karena inilah pertama kali ia menjadi juara di tingkat nasional.
“Tahun lalu saya berhasil menjadi juara 3 di MTQ Internasional yang diadakan di Istanbul Turki. Namun saat itu, bukan hanya remaja yang ikut lomba tilawah. Bahkan juara pertamanya yang dari Turki sudah berusia 45 tahun. Juara 2 dari Iran juga usianya jauh di atas saya,” kata Rizqon.
Baca: Romahurmuziy Berangkatkan Umroh Pemenang MTQ Nasional Tingkat SLTA
Rizqon sudah biasa tampil di depan umum dan mengikuti MTQ.
Pada usia 5 tahun dia sudah pernah tampil di acara yang dihadiri Walikota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tanah kelahirannya.
Sejak itu ia biasa diundang di berbagai acara. Tampil di satu MTQ (musabaqoh tilawatil Qur’an) ke MTQ lainnya, dari tingkat kecamatan, hingga tingkat nasional, bahkan internasional.
Rizqon mengaku belajar tilawah awalnya dari ayahnya yang berprofesi sebagai guru agama di Banjarmasin.
Namun sejak umur 11 tahun ia sudah mulai melanglang buana ke berbagai daerah untuk berguru ke banyak qori’ terkenal. Ia tidak hanya mendatangi guru di Kalimantan namun juga hingga ke Sumatera dan Pulau Jawa.
“Saat awal belajar ke guru di luar biasanya ditemani orang tua atau guru dari Samarinda. Namun kini ia biasa jalan sendiri mencari guru yang ia inginkan,” jelas remaja kelahiran 11 Juni 2001 ini.