Gempar Soekarno Putra Semasa Kecil Berpindah-pindah Rumah, Pernah Ikut Pedagang Buah
Hidup Gempar baru benar-benar mapan setelah bekerja sebagai tukang ketik di kantor notaris Frederik Alexander Tumbuan, di sekitar daerah Gandaria.
Editor: Suut Amdani
TRIBUNNEWS.COM - Charles Christofel tidak pernah menyangka, apa yang kemudian terjadi di rumah ternyata mengubah jalan hidupnya.
Di dinding rumah Jetje Langelo telah terpasang foto-foto ibunya semasa muda yang tampak berdiri akrab dengan seorang pria yang dikenalnya sebagai Ir. Soekarno.
"Kamu adalah anak Soekarno." Begitu kata-kata Jetje yang terasa bagai petir di telinga Charles.
Ibundanya yang dipanggil mami, juga menerangkan bahwa ini sengaja dirahasiakan, lebih dari 40 tahun, tak lain karena amanat Soekarno sendiri yang menginginkan anaknya diamankan, jika sewaktu-waktu kekuasaannya jatuh.
Baca: Gempar Soekarno Putra 40 Tahun Dirahasiakan, Jetje Langelo: Kamu Adalah Anak Soekarno
Kenyataan ini memang tidak serta-merta mengubah hidup Charles yang kemudian menyandang nama baru: Gempar Soekarno Putra.
Ia tetap seorang pengusaha yang juga berprofesi sebagai konsultan hukum di Jakarta.
Namun ada niatannya untuk lebih mengenal ayah biologis yang tidak pernah diingatnya itu.
Langkah awalnya mengunjungi makam Soekarno di Blitar.
Lalu dengan penuh kesadaran, di sebuah masjid di kawasan pemakaman raja-raja Jawa, di Imogiri, ia memeluk agama Islam.
Dengan identitas dan legalitas baru, Gempar melanjutkan hidupnya yang saat itu sudah tergolong mapan.
Pekerjaan dan karier cerah, materi cukup, serta sudah berkeluarga dengan seorang istri (Jeane Augusta Lengkong) dan seorang putra (Yohanes Yoso Nicodemus).
Segala pencapaian ini terus disyukurinya mengingat jalan hidupnya yang penuh onak dan duri.
Pada usia SD, Gempar sudah dititipkan di rumah kakak dari suami pertama Jetje.