Saran Mahfuz Sidik: Jangan Koalisi yang Berpluang Kalah di Pilpres
Mahfuz Sidik mengapresiasi pernyataan rekannya sesama kader PKS Almuzamil Yusuf yang akhirnya angkat bicara.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA-Mantan Wasekjen DPP PKS Mahfuz Sidik mengapresiasi pernyataan rekannya sesama kader PKS Almuzamil Yusuf yang akhirnya angkat bicara. Kepada awak media di DPR Kamis (26/4/2018) Muzammi memastikan partainya menolak ajakan koalisi ke kubu Presiden Jokowi.
"Baguslah akhirnya Muzammil Yusuf angkat bicara. Bahwa benar PKS pernah beberapa kali bertemu dengan Presiden Jokowi. Dan yang bertemu adalah ketua Majelis Syuro, Habib Salim Segaf Al-Jufri. Bahkan Muzammil juga menyebutkan bahwa secara terpisah Shohibul Iman, Presiden PKS juga bertemu presiden Jokowi," ungkap Mahfuz.
Informasi yang beredar di lingkungan PKS, lanjut Mahfuz, pembicaraan seputar tawaran koalisi. Pada awalnya pimpinan PKS membuka semua opsi koalisi. Bukan hanya dengan Gerindra. Tapi arus bawah kader PKS menunjukkan resistensi kuat.
"Analisa saya, itu akibat “efek pilkada DKI”, kasus kriminalisasi terhadap ulama, dan beberapa kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak ke ummat. Membaca arus bawah itu, pimpinan PKS tegak lurus pada opsi koalisi bukan dengan poros Jokowi,' katanya.
"Tapi menurut saya dalam perkara koalisi, PKS tidak boleh terjebak ke dalam pilihan A atau B. Maksudnya kalau tidak koalisi dengan A maka harus ke B. Karena situasi politik sangat dinamis, terkait faktor bursa cawapres, faktor Prabowo akan maju atau tidak, dan faktor tren persoalan ekonomi ke depan," ia mengingatkan.
Dan sangat mungkin, katanya lagi, tersedia pilihan A, B, C atau bahkan D. Yang penting bagi PKS, lanjutnya, memilih opsi koalisi yang besar peluang menang pilpresnya dan bisa mendongkrak perolehan suara legislatif.
"Jangan sampai pilihannya pada koalisi yang besar peluang kalah di pilpres tapi juga tidak membantu pencapaian suara di pemilu legislatif. Itu namanya sudah jatuh ketiban tangga pula. Duduklah baik-baik, yan calon partner koalisi. Diskusi yang dalam. Kalau cara menangnya sudah jelas, baru bicara siapa jagoannya yang pas untuk bisa menang," saran Mahfuz Sidik.