Peneliti: Intelijen Asing Tidak Suka Presiden Jokowi Bertemu PA 212
Alumni S2 Kajian Intelijen UI itu menyebut, operasi intelijen asing itu melibatkan dunia siber atau media sosial.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan persaudaraan Alumni 212 membuat pro kontra di masyarakat.
Sebagian setuju ada komunikasi antara Jokowi dengan 212 , sebagian yang lain menilai pertemuan itu tidak perlu.
Namun pengamat intelijen Ridlwan Habib melihat intelijen asing lah yang tidak setuju dan senang dengan pertemuan Jokowi dan Presidium 212.
"Saya kira yang paling tidak suka dengan pertemuan itu adalah intelijen asing. Mereka tidak suka Indonesia rukun dan damai," ujar Ridlwan Habib kepada Tribunnews.com, di Jakarta, Jumat (27/4/2018).
Menurut Ridlwan, ada indikasi operasi intelijen asing yang berusaha buat Pilpres keruh dan penuh pertikaian.
"Pak Jokowi akrab dengan ulama 212, suasana jadi sejuk, tapi ada pihak pihak yang tidak suka dengan Indonesia yang damai, " katanya.
Operasi yang disebutnya sebagai Foreign Black Propaganda Operation itu menginginkan situasi Pilpres yang chaos sehingga rezim Jokowi kalah.
"Salah satu sebabnya karena selama Jokowi menjabat, kepentingan asing yang melakukan operasi hitam ini sangat dirugikan, " jelas Ridlwan.
Alumni S2 Kajian Intelijen UI itu menyebut, operasi intelijen asing itu melibatkan dunia siber atau media sosial.
"Ada beberapa ceruk akun media sosial yang terus menerus melakukan provokasi dan adu domba, indikasinya itu didesign oleh intelijen asing," katanya.
Sayangnya banyak masyarakat awam yang terpancing tanpa sadar.
"Apalagi mereka juga melibatkan aset aset orang Indonesia yang beroperasi dengan WA grup," kata Ridlwan.
Selain tidak suka dengan kerukunan antar kelompok, operasi intelijen asing ini juga menggunakan sentimen RAS yang masif.
"Cek di medsos, video-video tentang TKA yang lama lama tiba tiba muncul lagi dan disebarkan oleh akun anonim, " ucapnya.