Tuntutan Massa Buruh Logam di Depan Gedung DPR/MPR
"Tolak tenaga kerja aseng," ujar pimpinan orasi, yang kemudian diikuti para massa buruh
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM SPSI) menyuarakan sejumlah tuntutan kepada pemerintah.
Hal ini disuarakan di peringatan Hari Buruh Sedunia atau May Day, di depan pintu masuk Gedung DPR/MPR, Selasa (1/5/2018).
Pantauan Tribunnews.com, seorang pria menjadi pimpinan orasi dalam kesempatan itu.
Ia berkali-kali berteriak menyatakan penolakan terhadap sejumlah aturan.
Pertama, mereka menolak Perpres Nomor 20 tahun 2018, tentang tenaga kerja asing.
"Tolak tenaga kerja aseng," ujar pimpinan orasi, yang kemudian diikuti para massa buruh berjumlah puluhan itu, Selasa (1/5/2018).
Mereka memang tidak menyebut tenaga kerja asing namun 'aseng'. Hal ini nampak di spanduk, poster, serta kaus yang mereka kenakan.
Mereka juga menolak PP 78 tahun 2015 tentang pengupahan, dan meminta revisi UU Nomor 13 tahun 2003.
Namun, para massa buruh ini sangatlah gencar menyuarakan keinginan terakhir mereka tentang presiden.
Baca: Massa Buruh FSP LEM SPSI: Kita Cari Presiden yang Pro Buruh!
Baca: Buruh Perempuan Sampaikan Tiga Tuntutan ke Pemerintah
Diketahui, mereka mengimbau para buruh serta untuk memilih presiden yang pro buruh pada Pilpres 2019 mendatang.
"Kita cari presiden yang pro buruh. Pilih anggota DPR dan semua yang pro buruh," ujar pimpinan orasi di atas panggung depan pintu DPR/MPR.
Dalam kesempatan ini, pijak FSP LEM SPSI menyatakan akan mengundang beberapa tokoh seperti Fahri Hamzah, Fadli Zon, Ketua Komisi IX Dede Yusuf, Mardani Ali Sera, dan juga Ferry Juliantono.
Namun, hingga saat ini mereka belum terlihat di acara unjuk rasa ini.