Ketika 150 Nasi Bungkus Jadi Alat Negosiasi Rusuh Mako Brimob, Begini Faktanya
Beruntung, teriakan minta makan dari sebagian napi teroris hadir saat negosiasi berlangsung.
Editor: ade mayasanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat negosiator nyaris buntu saat hendak membebaskan Anggota Densus 88, Bripka Iwan Sarjana.
Apalagi, Iwan berada di tangan para napi teroris yang baru saja membunuh lima anggota Densus 88 lainnya di Rutan Mako Brimob.
Beruntung, teriakan minta makan dari sebagian napi teroris hadir saat negosiasi berlangsung.
"Mereka minta makanan kita bujuk untuk mau membebaskan dulu," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto kepada wartawan, Kamis (10/5/2018) dinihari.
Ia menjelaskan, pihaknya lalu menyediakan 150 nasi bungkus. 150 nasi bungkus ini lalu diserahkan ke tim negosiator.
"Jadi begini Polri memperhatikan nyawa manusia kita tidak mau ada korban lebih. Pokoknya kami 150 nasi bungkus," ucapnya.
Kendati mengamini permintaan napi teroris, Setyo lalu menceritakan ihwal distribusi 150 nasi bungkus untuk para napi teroris yang telah menguasai blok A, B dan C Rutan Mako Brimob.
"Ada perjanjian ketika sedang kirim makanan jangan ditembak," urainya.
Negosiasi nasi bungkus ini pun sukses. Iwan yang disandera nyaris sepanjang 29 jam akhirnya bebas.
Kepala Forensik RS Polri, Kombes Edy Purnomo mengatakan, Iwan tidak dirawat di RS Polri.
"Benar di rumah sakit tapi bukan di sini (RS Polri)," kata Edi.