Polisi Ciduk Perempuan yang Sebut Bom Surabaya sebagai Pengalihan Isu
Polisi menciduk perempuan berinisial FSA usai menyebut tragedi serangan bom di Surabaya sebagai pengalihan isu pemerintah.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi menciduk perempuan berinisial FSA usai menyebut tragedi serangan bom di Surabaya sebagai pengalihan isu pemerintah.
Kabid Humas Polda Kalimantan Barat ,Kombes Pol Nanang Purnomo membenarkan bahwa FSA telah diamankan dari sebuah rumah kos, Jl Sungai Mengkuang, Desa Pangkalan Buton, Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat.
"Ya, benar. Kami amankan yang bersangkutan," ujar Nanang, ketika konfirmasi, Senin (14/5/2018).
Nanang menyebut FSA tengah diperiksa oleh petugas.
Baca: Biasanya Cepat Pulang Selepas Misa, Go Derbin Ariesta Ternyata Jadi Korban Ledakan Bom di Gereja
Nantinya kasus ini akan diserahkan penyidik Polres Kayong Utara kepada Polda Kalimantan Barat.
Dari tangan FSA, polisi menyita satu unit ponsel Samsung J3. FSA pun terancam jerat Pasal 28 ayat 2 UU Informasi dan Transaksi Elektronik.
"Saat ini yang bersangkutan masih diperiksa. Kasusnya akan ditangani Polda Kalbar," kata Nanang.
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)," imbuhnya.
Sebelumnya, FSA ditangkap pada Minggu (13/5/2018) pukul 16.00 WIB oleh personel Satuan Reskrim Polres Kayong Utara.
Baca: RSUD Soesilo Pastikan Bupati Tegal Enthus Susmono Meninggal akibat Gagal Jantung
Dalam akun Facebook-nya, FSA menulis status analisisnya, yaitu tragedi bom Surabaya adalah rekayasa pemerintah.
"Sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui. Sekali ngebom: 1. Nama Islam dibuat tercoreng ; 2. Dana trilyunan anti teror cair; 3. Isu 2019 ganti presiden tenggelam. Sadis lu bong... Rakyat sendiri lu hantam juga. Dosa besar lu..!!!" tulis FSA, sebagaimana dikutip dari akun Facebook FSA.
FSA juga menulis status tragedi Surabaya sebuah drama yang dibuat polisi agar anggaran Densus 88 Antiteror ditambah.
"Bukannya 'terorisnya' sudah dipindahin ke NK (Nusakambangan)? Wah ini pasti program mau minta tambahan dana anti teror lagi nih? Sialan banget sih sampai ngorbankan rakyat sendiri? Drama satu kagak laku, mau bikin drama kedua," tulis FSA.