Fatihin, Buletin ISIS Berbahasa Indonesia Dukung Serangan Teror Surabaya
"Nggak usah disebarluaskan. Kalau terima, hapus saja," kata Setyo Wasisto.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menyusul berbagai serangan teror di beberapa tempat belakangan ini, beredar sebuah buletin penuh seruan kekerasan, Al Fatihin, yang ternyata sudah merupakan edisi ke-10.
Isi buletin itu penuh dengan pujian terhadap serangan bunuh diri di tiga gereja Surabaya dan pemberontakan para napi terorisme di Mako Brimob beberapa hari sebelumnya.
Menteri Komunikasi dan Informasi mengaku telah memblokir Fatihin dari jaringan indonesia, sementara menyerukan masyarakat untuk segera menghapusnya kalau menerima kiriman buletin digital itu.
"Sudah ada puluhan versi Al Fatihin yang di dunia maya yang sudah diproses, diblok oleh Kominfo," kata Menkominfo, Rudiantara kepada wartawan, Jumat (18/5/2018).
"Jadi, sudah puluhan yang sudah diblok, Baik. Baik itu file video sharing, file sharing, messenger juga ada. Juga situs internet," paparnya pula.
"Itu dibuat dari luar. Kan pakai digital. Itu ada orang Indonesia di Suriah sana," kata juru bicara Polri Irjen Setyo Wasisto kepada wartawan, di Mabes Polri, Jumat (18/5).
Baca: Mabes Polri Selidiki Surat Kabar Propaganda ISIS Al-Fatihin yang Berbahasa Indonesia
Adapun kepolisian, menurut juru bicaranya, Setyo Wasisto, menyerukan masyarakat untuk tidak ikut menyebarkan buletin itu.
"Nggak usah disebarluaskan. Kalau terima, hapus saja," kata Setyo Wasisto.
Belum jelas apakah akan ada tindakan hukum bagi yang menyebarluaskan, namun Setwo menyiratkan, tindakan pada pembuatnya akan pelik, karena dibuat di Suriah.
"Itu dibuat dari luar, pakai digital. Itu ada orang Indonesia di Suriah sana (yang membuatnya)," kata Seywo Wasisto pula.
Hal ini dibenarkan peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia, Solahudin, yang mengatakan bahwa bulletin Al Fatihin itu dibuat oleh para petempur ISIS asal Indonesia yang kini berada di Suriah.
"Orang-orang ISIS di Suriah kan bikin media-media. Nah, Al Fatihin adalah media edisi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang mereka terbitkan di sana," papar Solahudin kepada Jerome Wirawan dari BBC News Indonesia.
"Ini berbeda dengan buletin lain, seperti 'Rumiah' yang memiliki versi Indonesia. Rumiah disusun dalam bahasa Arab, diterjemahkan ke bahasa Inggris, lalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Ada juga Dabiq yang pakai bahasa Inggris lalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia."