Santri Dinilai Lebih Tepat Dampingi Jokowi Ketimbang Birokrat atau TNI/Polri
Bursa calon wakil presiden (Cawapres) tampaknya terlihat lebih ketat dibanding calon presiden (Capres).
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bursa calon wakil presiden (Cawapres) tampaknya terlihat lebih ketat dibanding calon presiden (Capres).
Jika bursa Capres mengerucut pada dua nama yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto, tidak demikian dengan Cawapres. Sejumlah nama untuk masing-masing kubu Capres kini mencuat ke permukaan publik.
Menurut pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) UIN Jakarta, Saifuddin Asrori, ada beberapa kelompok yang saat ini berusaha untuk menjadi Cawapres Jokowi yaitu kelompok TNI-Polri, Birokrat, millenial dan kalangan santri.
Dari beberapa kelompok ini hanya kalangan santri yang cenderung lebih solid dan tidak ada perpecahan besar.
“Kelompok militer dan Polri terpecah pada banyak kubu. Begitu juga dengan kalangan pegawai negeri dan birokrat. Sementara kalangan santri cenderung masih solid, walaupun ada beberapa kelompok di kalangan santri, ada perbedaan besar di dalamnya,” ujar Saifuddin, Kamis (24/5/2018).
Baca: Pengamat Ini Menilai Ada Enam Syarat Jadi Cawapres Jokowi
Dari sejumlah kelompok yang ada, Saifuddin mengusulkan agar Jokowi lebih memilih Cawapres dari kalangan santri. Selain bisa menjawab berbagai isu nasional yang saat ini berkembang, santri memiliki potensi untuk bisa mengikuti semua perkembangan dan kebutuhan yang ada.
“Tentunya sosok yang perlu dipilih Jokowi bukan sekadar santri. Namun santri yang memiliki kapasitas intelektual yang sangat bagus. Ia memiliki kemampuan manajemen yang baik, serta mengusai isu teknologi dan ekonomi,” jelas Saifuddin.
Saat ini di kalangan politik santri memang ada dua nama yang mencuat yaitu Ketua Umum PPP, M. Romahurmuziy dan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar. Diantara nama itu, Saifuddin menyebut Rommy memiliki keunggulan lebih.
Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin menurut Saifuddin terlalu kental warna politik dan belum memperlihatkan kapasitas intelektual dan penguasaan bidang ekonomi dan teknokrasi.
Selain itu, Cak Imin terkesan "menyandera" Jokowi dengan syarat harus diambil sebagai cawapres. Selain itu, Cak Imin masih main dua kaki dengan membuka opsi bisa berkoalisi dengan Prabowo.
Sementara itu Rommy memiliki sejumlah hal yang belum dipenuhi oleh Muhaimin. Rommy menurutnya juga lebih mudah diterima semua kalangan santri.
Tidak hanya NU, namun juga Muhammadiyah dan berbagai organisasi Islam lainnya yang ada di Nusantara.
Dalam waktu yang masih beberapa bulan ini, Rommy menurutnya bisa semakin mengentalkan dirinya sebagai seorang santri berintelektual.
Untuk itu Rommy perlu melakukan sejumlah hal. Misalnya memunculkan sejumlah solusi yang dihadapi oleh bangsa ini, diantaranya menyampaikan blue brint tentang redikalisasi yang cocok bagi bangsa ini.
“Untuk menggalang suara santri, Rommy bersama PPP menggaga gerakan santri berskala nasional yang dikampanyekan di lapangan atau ruang publik yang luas, sehingga bisa mempengaruhi opini masyakarat,” tambah Saifuddin.
Ada sejumlah hal lain yang sebenarnya bisa dilakukan Rommy dalam waktu dekat ini. Apalagi didukung oleh infrastruktur partai yang kini bergerak hingga tingkat bawah.
Di luar dua nama tersebut, ada juga tokoh santri seperti Mahfud MD maupun TGB Zainul Majdi. Hanya saja keduanya terbentur kendaraan politik. Mahfud tak memiliki partai, TGB masih di bawah bayang-bayang SBY dan AHY.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.