NU Care-LAZISNU Canangkan Program Difabel Berdaya
Program ini diarahkan untuk memenuhi tujuan pemberdayaan difabel yang diamanatkan UU No. 8 Tahun 2016.
Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Nurcholis Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sebagai bentuk implementasi atas concern NU terhadap para kaum difabel, maka NU Care-LAZISNU mencanangkan program Difabel Berdaya.
Program ini diarahkan untuk memenuhi tujuan pemberdayaan difabel yang diamanatkan UU No. 8 Tahun 2016.
Selain itu sejalan dengan amanat Muktamar NU ke-33 di Jombang dimana satu dari sekian topik yang disoroti adalah problematika yang dialami penyandang disabilitas, khususnya mengenai konsep fikih yang bias terkait kaum difabel.
Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siroj, menyatakan bahwa NU (Nahdlatul Ulama), sebagai organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, memiliki perhatian besar terhadap problematika keumatan, tak terkecuali para difabel.
“Para difabel harus disentuh dan diperhatikan. Mereka tidak cukup disantuni, tapi juga diberdayakan agar bisa mandiri bahkan berguna bagi orang banyak,” ucap Kiai Said, Kamis (24/5/2018).
Ketua NU Care-LAZISNU M. Sulton Fathoni, menyatakan bahwa dalam setahun terakhir ini lembaganya fokus melakukan pemberdayaan ekonomi kepada para difabel di Kabupaten Blora, yang tergabung dalam komunitas Difabel Blora Mustika (DBM).
Pemberdayaan yang dilakukan oleh NU Care-LAZISNU berupa penyaluran alat produksi, pelatihan internet marketing, dan pelatihan produksi batik dengan mendatangkan pengrajin-pengusaha batik yang berpengalaman.
Baca: Bangga Ekspansi ke Negara ASEAN, Rudiantara: GO-JEK Pandai Lihat Pasar
“Strategi pemberdayaan difabel melalui fasilitasi dan penguatan kelompok difabel ini jauh lebih efektif dan berdampak luas dibandingkan program penyantunan semata, ” ujar Sulton.
Komunitas DBM yang berdiri sejak tahun 2011, saat ini telah memiliki dan memberdayakan 700 difabel melalui pengembangan kerajinan batik.
Kini, para difabel di Blora itu berhasil memproduksi 20 motif batik tulis dan 25 batik cap khas Blora.
Tidak hanya itu, mereka para difabel juga mampu memberdayakan ekonomi masyarakat non difabel melalui berbagai pelatihan dan usaha batik.
Ghofur (33), salah seorang pendiri DBM, berharap agar komunitasnya bisa menjadi pelopor permberdayaan bagi para penyandang disabilitas untuk bisa hidup mandiri.
Sulton menambahkan, kini komunitas DBM pun tengah mengembangkan JPZIS (Jaringan Pengelola Zakat, Infak, Sedekah) NU, dengan beberapa programnya seperti santunan anak yatim dan pemberian beasiswa bagi siswa kurang mampu.
“Itulah yang NU Care-LAZISNU sebut sebagai inspirasi, dan menjadi semangat dan tema besar dalam program Ramadhan NU Care-LAZISNU 2018, yakni Ramadhan Berbagi dan Menginspirasi: Lebih dari Sekadar Berbagi,” ujar Sulton.
Selaian itu Manajer Fundraising NU Care-LAZISNU Nur Rohman menyatakan, selain program Difabel Berdaya, NU Care-LAZISNU juga mengembangkan beberapa program inispiratif lainnya selama Ramadhan.
Seperti ngaji di lapas, santunan yatim dan dhuafa, bedah rumah ibadah, gerakan rumah ibadah beriman, pelayanan kesehatan, charity ramadhan, hingga sayembara kisah inspiratif.
Tidak sampai disitu NU Care-LAZISNU juga menggalang ZIS masyarakat untuk mendukung program-program tersebut, di antaranya melalui aplikasi Koin (kotak infak) NU, jual beli sambil berdonasi via Goodly.id, pemanfaatan crowdfunding kitabisa.com, serta melalui skema caused related marketing dan uang kembalian bekerja sama dengan beberapa perusahaan.
Melalui strategi yang inovatif itu, NU Care-LAZISNU menargetkan penghimpunan ZIS secara nasional sebesar Rp 500 miliar selama Ramadhan dengan target penerima manfaat 3 juta orang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.