Hapus Sekat Primordial, Milenial Lintas Iman Kunjungi Rumah Ibadah Berbagai Agama
Peace Train Indonesia (PTI) ke-5 tidak hanya mengajak kalangan milenial bergumul menghidupkan perdamaian antarumat beragama.
Editor: Dewi Agustina
Sekretaris GKJ Wonosobo pun menjelaskan tujuan dari kegiatan-kegiatan GKJ yang melibatkan masyarakat.
"Semua itu dilakukan gereja tidak untuk sendiri, karena kegiatan-kegiatan itu diberikan kepada masyarakat luas, khususnya yang tidak mampu," katanya.
Kunjungan ke Vihara dan Kisah Persekusi Sikh
Cuaca Wonosobo yang mendung tidak mengurangi kehangatan proses peace train.
Setelah istirahat siang rombongan bertandang ke Vihara Bodhi Wahana.
Peserta mendapatkan penjelasan tentang jenis atau perbedaan mazhab dan prinsip-prinsip beribadah dalam agama Budha dari Suryo salah satu pengurus Vihara.
Interaksi diskusi berkembang lebih dinamis ketika salah satu peserta PTI 5 yang beragama Sikh, Prem Singh (18) diminta Suryo dan peserta untuk menjelaskan apa yang diyakininya.
Sehingga, selain pihak Vihara memaparkan tantangan umat Budha di Wonosobo yang tidak selalu harmonis dan untuk itu interaksi lintas-iman terus mereka upayakan, diskusi pun diperkaya dengan sejarah mula penganut Sikh mengenakan turban untuk menutupi kepala.
Baca: KPU Adang Eks Koruptor Maju Caleg Meski Ditentang Bawaslu, Kemendagri dan DPR
"Sejak Guru Sikh yang kesepuluh, umat Sikh yang semakin sedikit karena terus dikejar dan dibunuhi, mulai dikumpulkan untuk melawan kekaisaran Mughal Islam India. Saat itulah diputuskan agar penganut Sikh memakai identitas penutup kepala, gelang dan pedang," Prem mengisahkan.
Peserta satu-satunya yang mengenakan turban ini pun menegaskan, "Kendati keyakinan Sikh berbeda dengan Islam, Hindu dan Budha, yang merupakan tiga agama besar yang waktu itu berkembang di India, tetapi Tuhan yang dipuja adalah Allah yang sama."