Sekjen Partai Berkarya Sebut Video Soal Pelanggaran HAM di Era Soeharto Bentuk Kampanye Hitam
Dia mempersilakan PSI meninggikan partai yang mengusung Presiden Jokowi, namun jangan merusak nama baik Soeharto
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekjen Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso bersuara soal video unggahan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia di era pemerintahan Soeharto.
Usai melihat video itu, Priyo mengaku sangat terperanjat.
Baca: Muhammad Ali Reza Dilantik Jadi Ketua DPW Partai Berkarya DKI Jakarta
"Saya agak terperanjat dalam situasi seperti ini. Ada seorang, sekelompok yang secara terbuka bangga dengan simbol partainya melakukan kampanye hitam yang merusak nama baik Pak Harto, keluarga termasuk diri pribadi ketum kami Tommy Soeharto dengan cara yang tidak baik, provokatif, sombong, tidak mengedepankan nilai-nilai bangsa," ungkapnya saat ditemui Sabtu (2/6/2018) sore di Gedung Granadi Kuningan, Jakarta Selatan.
Masih menurut Priyo, cara-cara yang dilakukan PSI sudah melewati batas. Dia mempersilakan PSI meninggikan partai yang mengusung Presiden Jokowi, namun jangan merusak nama baik Soeharto.
"Hari ini kami merasa diserang, hak kami untuk menyerang baik. Saya tidak tahu nanti kalau masyarakat tau akan berkomentar apa, biar masyarakat sendiri yang menilai," ungkapnya.
Sebagai sesama partai baru, menurut Priyo harusnya PSI mengedepankan nilai yang baik.
"Mau memunculkan kenaikan purta putri Jokowi ya silahkan saja, kami hormat kok tapi juga kami kalau diperlakukan seperti ini ya kami enggak terima. Apa ini memang langkah yang direstui keluarga jokowi untuk menghina keluarga lain," tambah Priyo.
Atas video tersebut, pada Jumat (1/6/2018), Kelompok Cinta Soeharto Sejati (CITOS) Indonesia menyatakan akan mensomasi PSI. CITOS menuntut PSI meminta maaf dan menarik video tersebut dari semua platform media sosialnya.
Dalam konferensi persnya CITOS menuduh PSI secara sengaja dan terendana berusaha melakukan stigmatisasi negatif terhadap Sorharto.
Di mata CITOS, video PSI bukan hanya berlebihan tapi juga terlalu mendramatisasi dan jauh dari fakra kebenaran.
Atas permintaan CITOS, PSI menolak untuk meminta maaf dan menurunkan video. Menurut Ketua Tim Komunikasi PSI, Andy Budiman isi video tersebut sepenuhnya mengandung kebenaran tentang praktek pelanggaran HAM di era Orde Baru.
"Kami membuatnya agar rakyat Indonesia sadar akan masa lalu yang kelam yang tidak boleh kita ulangi kembali," ungkap Andy.
Baca: Senyum Koeswali Ketika Tanggapi Fotonya yang Viral di Media Sosial Lantaran Mirip Soeharto
Ditegaskan Andy, PSI tidak menyerang Soeharto secara personal melainkan praktek-praktek politik yang akhirnya membawa pada jatuhnya Soeharto pada Mei 1998.
Andy juga menyatakan apa yang disajikan di video tersebut merujuk pada fakta sejarah yang sudah dikenal publik secara luas.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.