Kepala BNPT: Penangkapan Terduga Teroris di Dalam Kampus Masih Ranah Densus
Penggerebekan dan penangkapan terduga teroris di dalam kampus Universitas Riau oleh tim Densus 88 Antiteror sepenuhnya masuk ranah Densus bukan BNPT.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggerebekan dan penangkapan terduga teroris di dalam kampus Universitas Riau oleh tim Densus 88 Antiteror pada Sabtu (2/6/2018) lalu sepenuhnya masuk ranah Densus bukan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).
"Itu kan masih dalam ranah Densus dan sudah ada dijawab otoritas kepolisian setempat serta Rektor sendiri. Kalau sudah ada keputusan pengadilan yang bersangkutan teroris bersalah, baru masuk ke dalam ranah program deradikalisasi BNPT," kata Komisaris Jenderal Polisi Drs Suhardi Alius MH (56), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), sejak 20 Juli 2016.
Sementara itu Wakil Kepala Polri Komjen Syafrudin meminta masyarakat agar jangan menghakimi penangkapan di dalam kampus perguruan tinggi.
Baca: Pembunuh Pria di Apartemen Educity Surabaya Terungkap, Pelakunya Lebih dari Dua Orang
"Itu pengembangan kasus lama. Sel-sel yang dikembangkan Polda Riau dari hasil penyelidikan," kata Syafrudin saat melakukan kunjungan kerja di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (3/6/2018).
Penyusupan teroris ke dalam kampus bukanlah hal yang baru dan semua perguruan tinggi diharapkan dapat semakin was-was dengan penyusupan teroris saat ini.
"Untuk masalah kampus kan sudah disampaikan bahwa masing-masing berbeda tebal dan tipisnya tingkat pengaruhnya," tambah jenderal polisi bintang tiga yang masih memiliki darah Minang ini.
Penangkapan di dalam kampus juga ditanggapi Wakil ketua DPR Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah menilai bahwa tindakan Densus 88 yang membawa sejata laras panjang untuk mengeledah kampus merupakan tindakan tidak etis.
Baca: Soal Isu Teroris Masuk Kampus, Fahri Hamzah: Indonesia Berakhir, Jokowi Tamat
Sementara itu sumber Tribunnews.com mengungkapkan bahwa BNPT khususnya Direktur Pencegahan yang banyak berkeliling kampus perguruan tinggi di Indonesia untuk berceramah memberikan perhatian kepada tujuh kampus sebagai antisipasi radikalisme terorisme yang ditakutkan masuk ke wilayah itu.
Kampus-kampus tersebut adalah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya.