Saat Pemuda Kristiani Menjadi Penjaga Umat Muslim yang Salat Ied di Kampung Sawah Bekasi
Di saat bersamaan, beberapa pemuda dari Gereja Katolik Santo Servatius dan Gereka Kristen Pasundan sudah berjaga melakukan pengamanan
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Lantunan takbir "Allahhu Akbar, Allahhu Akbar" berkumandang saat pelaksanaan salat Ied di halaman Masjid Agung Al Jauhar Yasfi, Kampung Sawah, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (15/6/2018).
Salat Idul Fitri tahun ini di Masjid Agung Al Jauhar Yasfi dihadiri ratusan umat muslim asli Kampung Sawah yang dengan khusyuk dan khidmat menjalankan salat.
Baca: Lebaran Jatuh Hari Jumat, Apa Hukum Mengerjakan Salat Jumat Jika Pagi Harinya Sudah Salat Ied?
Di saat bersamaan, beberapa pemuda dari Gereja Katolik Santo Servatius dan Gereka Kristen Pasundan sudah berjaga melakukan pengamanan.
Mereka turut mengamankan jalannya salat Ied, membantu menyebrangkan umat muslim hingga pengamanan parkir kendaraan.
Pemandangan ini sudah menjadi tradisi turun temurun yang berlaku di Kampung Sawah.
Kehidupan rukun dan guyup yang terus terpelihara membuat Kampung Sawah dijadikan sebagai kawasan percontohan kerukunan umat beragama.
Bukan tanpa alasan, ini karena puluhan ribu umat Islam, Katolik, Kristen dan lainnya hidup rukun bersampingan.
Warga di sini selalu menganggap satu dengan lainnya adalah saudara tanpa memandang apapun agamanya.
Yang paling unik, beberapa tempat ibadah yakni Gereja Katolik Servatius, Gereja Kristen Pasundan dan Masjid Agung Al Jauhar Yasfi letaknya saling berdekatan.
Ini makin menjadi bukti nyata keberagaman dan toleransi tinggi.Sudah jadi rahasia umum, di Kampung Sawah tidak pernah ada gesekan antar umat beragama.
"Kami disini rukun satu sama lain. Saling menghargai ketika saling menjalankan ibadah. Di gereja ada misa saat bersamaan di masjid ada pengajian, lalu yang kristen ada ibadah. Semuanya jalan harmonis," ucap tokoh masyarakat di Kampung Sawah, KH Rahmaddin Afif (73) saat berbincang dengan Tribunnews.com di rumahnya, Jumat (15/6/2018).
Rahmaddin melanjutkan, bagi warga Kampung Sawah, berbeda keyakinan dalam satu keluarga bukanlah hal aneh bin ajaib. Sedari dulu, menikah beda agama menjadi hal biasa di kampungnya.
"Disini nikah beda agama biasa. Keluarga saya, ada yang kristen, ada yang katolik, kami tetap rukun. Kalau mereka Natalan kami berkunjung. Sebaliknya kalau kami Lebaran mereka ke sini, ya jadi saling kunjung," paparnya.
Saat di luar sana toleransi jadi perdebatan, warga Kampung Sawah tetap rukun dan damai. Mereka terus menunjukkan toleransi dan kerukunan umat beragama.
Lantas apa yang menjasi resep manjur sehingga Kampung Sawah jadi percontohan kerukunan umat beragama?
Rahmaddin buka suara soal rendahnya konflik di Kampung Sawah. Pasalnya, sudah sedari berabad-abad dulu warga selalu diajarkan dan diingatkan dengan nasihat sederhana dari leluhur mereka.
Nasihat itulah yang selalu dipegang hingga saat ini. Dimana para leluhur meminta agar seluruh anak cucunya hidup rukun, tenang dan damai.
"Disini sudah terbiasa dengan nasihat orang tua jaman dulu. Bunyi nasihatnya : lo pada akur ya sama saudara, disini semuanya bersaudara. Nasihat itu yang terus berlaku di sini," tegasnya.
Baca: Tahanan KPK akan Salat Ied di Rutan Guntur
Rahasia lainnya ungkap Rahmaddin, pertemuan antar tokoh lintas agama juga rutin dilakukan membahas persoalan kehidupan, sosial, budaya dan lainnya.
Kiat-kiat itulah yang menurut Rahmaddin bisa membawa kampungnya terkenal sebagai kampung toleransi.