Indonesia Kekurangan Tenaga Ahli di Bidang Teknologi dan Engineering
Lulusan di Indonesia di bidang-bidang itu dinilai masih belum mencukupi kebutuhan yang ada
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia dengan penduduk sekitar 260 juta jiwa masih mengalami kekurangan tenaga ahli di bidang sains teknologi, engineering, dan matematika (STEM).
Lulusan di Indonesia di bidang-bidang itu dinilai masih belum mencukupi kebutuhan yang ada, seiring perkembangan pesat industri secara global ke arah teknologi yang makin tinggi dan cepat berubah.
Hal itu disampikan Roy Kosasih, Presiden Direktur Honeywell Indonesia, dalam press conference Guru HESA, Siap Untuk Indonesia di Hotel JW Marriot Jakarta, Jumat (29/6/2018).
“Kita lihat, perkembangan industri di dunia semakin hari perkembangannya ke arah teknologi yang makin tinggi dan makin cepat berubah. Sekarang kita bicara internet of things (IoT) dan artificial intelligence (AI). Tapi di lain pihak, kita di Indonesia seperti negara-negara lain, mengalami kekurangan tenaga ahli khususnya di bidang engineering dan teknologi,” ujarnya.
Hal tersebut, menurut dia, bisa dilihat dari jumlah lulusan di Indonesia yang sifatnya ke arah teknologi, ataupun pakar di bidang teknologi, sangat kurang dibanding kebutuhan. “Ini yang menjadi dilema apalagi semakin hari perkembangan teknologi makin meningkat,” ucapnya.
Roy menerangkan, kondisi ini mendorong Honeywell sebagai perusahaan teknologi terkemuka untuk berupaya menumbuhkan minat di bidang sains teknologi, engineering, dan matematika (STEM) sejak dini.
“Dari kami, bukan hanya di Indonesia, Honeywell pusat di AS juga ingin mengupayakan bagaimana kita menumbuhkan minat anak-anak agar dapat dipersiapkan menjadi tenaga-tenaga kerja yang lebih andal di bidang sains teknologi, engineering, dan matematika (STEM),” paparnya.
Baca: Terkait Pemecatan Karena Beda Pilihan Pilkada, Guru di Bekasi Sebut Pihak Sekolah Sudah Minta Maaf
Dengan dorongan itu, dia menambahkan, Honeywell meluncurkan program Honeywell Educators at Space Academy (HESA) sejak 2013.
Tahun ini, Honeywell mengirimkan 10 guru sekolah Indonesia yang telah lulus dari program tahunan HESA untuk mengikuti pelatihan di U.S. Space & Rocket Center (USSRC) di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat. Selama di sana, para guru mengikuti pelatihan dan aktivitas yang berfokus di bidang Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika, dari 21 hingga 25 Juni 2018.
“Kami mengundang guru-guru, memberi mereka beasiswa untuk diberi pelatihan supaya tujuannya guru-guru ini akan memberikan satu inspirasi, atau mereka punya cara baru untuk mengajarkan STEM (sains, teknologi, engineering, dan mathematics) supaya menumbuhkan minat yang lebih besar lagi bagi anak-anak. Tujuannya, agar ke depan anak-anak didiknya punya keinginan lebih luas untuk berkarya ataupun memiliki keinginan berkembang lebih jauh di bidang STEM,” jelasnya.
Dalam program tahunan HESA di U.S. Space & Rocket Center (USSRC), para guru belajar cara-cara dan teknik mengajar yang inovatif agar mereka lebih mampu dalam membangkitkan ketertarikan murid-muridnya dalam pelajaran sains dan matematika.
Dalam program selama lima hari ini, para guru mengikuti pembelajaran intensif 45 jam di kelas, laboratori serta beragam pelatihan, dengan fokus pada eksplorasi luar angkasa.
Para guru juga belajar melalui simulasi pelatihan yang digunakan oleh para astronot NASA dan mengasah jiwa kepemimpinan dan kerjasama mereka, serta membangun jaringan dengan guru-guru dari negara lain.
Ke-10 guru yang dikirimkan dalam program HESA untuk mengikuti pelatihan di USSRC adalah Warsono (guru matematika di SMP Negeri 5 Cilacap), Mohammad Ridwan (guru sains di Sekolah Darma Yudha), Abdul Rahman (guru di MAN Insan Cendekia Gorontalo), Mega Lamita (guru SD Sekolah Tunas Daud), Darum Budiarto (guru di SMKN 1 Seram Bagian Timur, Maluku).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.